Jakarta — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) telah menyalurkan kredit senilai Rp100 triliun lebih dari awal tahun hingga saat ini. Adapun permodalan merupakan hal yang paling dibutuhkan pelaku usaha di tengah kondisi normal maupun pandemi Covid-19.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, saat ini pelaku UMKM juga membutuhkan pendampingan berupa bantuan pemasaran digital maupun komunikasi dengan media. BRI sudah memiliki program pendampingan UMKM secara komprehensif yang dilengkapi modul.
“Ke depan kita akan melakukan asesmen kebutuhan UMKM untuk naik kelas, butuh permodalan atau tidak,” ujar Supari kepada wartawan, Jumat (16/10).
Ia melanjutkan, pelaku UMKM yang ingin mendapatkan pembiayaan juga tidak perlu memikirkan agunan. Pelaku usaha dapat menjadikan data arus kas usaha yang digeluti sebagai agunan.
Sebab, BRI punya pinjaman kemitraan untuk mereka yang belum feasible. “Naik sedikit ada pinjaman yang sudah feasible tetapi belum bankable maka kita siapkan dengan produk KUR, tidak ada agunan sama sekali,” ucapnya.
Tak hanya itu, perseroan juga berupaya mendorong pemulihan ekonomi nasional melalui layanan branchless banking yakni Agen BRILink. Adapun total transaksi keuangan sebesar 512 juta transaksi hingga 30 September 2020.
Cerita bantuan KUR BRI Untuk Pengusaha Konveksi
Hal ini pun dilakukan oleh salah satu pelaku UMKM dan juga nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI asal Bandung Salmon (28), pemilik brand Zalmore, yang menjual beragam produk kaos (daily wear). Salmon mengungkapkan usaha konveksi yang dijalankannya ikut terdampak akibat mewabahnya Covid-19, khususnya penjualan dari store yang merosot tajam, semenjak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah daerah. Meskipun di lain sisi, Salmon mengakui sejak pandemi corona penjualan produknya ditopang dari penjualan online nya.
“Selama pandemi ini toko tutup, kalau penjualan online naik. Jadi sebenarnya saling menutupi. Sejak pandemi, untungnya permintaan dari platform digital menjadi ramai,” ujar Salmon pengguna cloud hosting terpercaya ketika dihubungi, baru-baru ini.
Tingginya tingkat penjualan online pada saat masa lebaran kemarin memacu Salmon untuk memanfaatkan momentum dengan meningkatkan kapasitas produksinya. Namun, Ia membutuhkan tambahan modal untuk mengembangkan usahanya. Salmon akhirnya mengajukan KUR ke BRI, yang dilakukannya secara daring melalui platform e-commerce, yakni Shopee dan tokopedia.
“Dari notifikasi Shopee, saya tahu kalau terpilih untuk mendapat tambahan modal KUR dari BRI. Nah saya mengajukan. Kalau bukan BRI saya tidak akan mengajukan, karena kita tahu banyak fintech pembiayaan bunganya cukup besar,” papar Salmon.
Dalam proses pengajuan kredit secara daring itu, Salmon menuturkan bahwa prosesnya cukup mudah dan cepat, tinggal klik lalu beres. Tidak lama kemudian, Salmon dihubungi oleh pihak BRI untuk verifikasi dan melengkapi beberapa dokumentasi yang dipersyaratkan selanjutnya diminta membuka tabungan Simpedes.
“Proses verifikasinya mudah dan cepat, dana cair setelah proses verifikasi dan dokumentasi selesai, dana langsung masuk rekening, langsung bisa dipakai,” urainya.
Salmon mengungkapkan dirinya tertarik untuk mengajukan KUR karena murah, tanpa biaya provisi, biaya admin dan bunganya pun kecil. Untuk pembiayaan KUR secara digital ini, ia mendapatkan pinjaman dengan tenor 2 tahun. Berkat pinjaman KUR tersebut, Salmon punya tambahan modal untuk membeli peralatan mesin dan menambah 5 orang karyawan.
“Saya menambah tenaga kerja, jadi bisa membantu buka lapangan kerja, karena saat ini banyak yang kena PHK, jadi setidaknya membantu mereka yang sudah dirumahkan,” papar Salmon yang menggunakan cloud hosting pada toko onlinenya.
Bisnis konveksi memang telah dijalankan Salmon sejak 2016 lalu melalui pemasaran toko dan online. Selama tiga tahun di awal memulai usaha, penjualan produk dari online bisa dibilang masih relatif kecil. Saat ini, produk daily wear merek Zalmore tersebut dipasarkan di sejumlah platform e-commerce. Selain itu, ia juga mengembangkan jaringan-jaringan reseller untuk mendukung penetrasi pasar. (*)