Jakarta–Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2016 menunjukkan inflasi sebesar 0,51% dengan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2016 terhadap Januari 2015) sebesar 4,14%. Menurut Bank Indonesia (BI) laju inflasi tersebut melambat dan lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya.
Melambatnya inflasi tersebut terutama disumbang oleh deflasi komponen harga barang yang diatur Pemerintah (administered prices) dan inflasi inti yang masih tercatat relatif rendah. Dengan demikian, inflasi IHK secara tahunan yang sebesar 4,14% (yoy) masih berada dalam kisaran sasaran BI yakni 4%±1% (yoy).
“Ke depan, inflasi diperkirakan akan berada pada sasaran inflasi 2016, yaitu 4%±1%,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara, di Jakarta, Senin, 1 Februari 2016.
Dia mengungkapkan, untuk menjaga laju inflasi 2016 yang diperkirakan berada di 4%±1%, diperlukan koordinasi kebijakan Pemerintah dan BI dalam mengendalikan inflasi perlu diperkuat, terutama terkait dengan kemungkinan penyesuaian administered prices dan mewaspadai tekanan inflasi volatile food.
Pada bulan Januari 2016, inflasi pada kelompok bahan makanan bergejolak (volatile food) mencapai 2,40% (mtm) atau 6,77% (yoy), terutama bersumber dari kenaikan harga pada komoditas daging ayam ras dan bawang merah.
Angka inflasi volatile food bulanan ini relatif sama dengan pola historis pada tiga tahun terakhir dan cukup rendah di tengah terjadinya gejala El Nino. Hal ini terutama terkait dengan relatif terkendalinya inflasi beras. Kelompok administered prices pada bulan Januari 2016 mengalami deflasi sebesar 0,55% (mtm) atau secara tahunan tercatat sebesar 3,48% (yoy).
Deflasi tersebut didorong oleh penurunan harga BBM, tarif angkutan udara dan harga LPG 12 kg. Sementara itu, inflasi inti masih tergolong rendah, baik secara bulanan, yaitu 0,29% (mtm), maupun tahunan, yaitu 3,62% (yoy). Rendahnya inflasi inti tersebut didorong oleh terjaganya ekspektasi inflasi dan masih lemahnya permintaan domestik. (*) Rezkiana Nisaputra