oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham Asia hari Rabu 27 Januari 2016 umumnya ditutup menguat seiring harapaan investor akan tambahan stimulus dari BOJ. Sentimen investor juga membaik karena Yuan yang relatif stabil beberapa hari ini. Indeks Nikkei naik 2,72%, Hang Seng naik 1,02%, Shanghai Composite turun 0,52%, CSI 300 index turun 0,35%, Kospi Korsel naik 1,40% dan Singapore STI naik 0,02%. Sementara pasar Eropa ditutup menguat. FTSE 100 Inggris naik 1,33%, DAX Jerman naik 0,59%, CAC 40 Perancis naik 0,54% dan IBEX 35 Spanyol naik 0,56%. Pasar ekuitas US ditutup melemah karena meskipun The Fed menyatakan kekhawatirannya terhadap volatilitas pasar keuangan dan perkembangan perekonomian global, opsi kenaikan tingkat bunga masih dipertimbangkan. DJIA turun 1,38%, S&P 500 index turun 1,09%, dan NASDAQ composite turun 2,18%. Pagi ini pasar Asia dibuka melemah. Nikkei turun 0,72% dan Kospi Korsel turun 0,30% (08.30 WIB).
The Federal Reserve mempertahankan tingkat bunga pada level 0,25% – 0,50%. The Fed menyatakan akan terus memonitor volatilitas di pasar keuangan dan perkembangan perekonomian global, dan mengevaluasi dampaknya terhadap perekonomian US. Hal ini sejalan dengan langkah bank sentral Negara lain seperti ECB, BOJ dan Bank of England, yang semuanya telah menyampaikan sinyal dovish beberapa waktu terakhir di tengah volatilitas pasar yang terjadi. The Fed mengakui bahwa jatuhnya harga minyak berdampak pada rendahnya inflasi dalam jangka pendek, namun the Fed tetap meyakini bahwa seiring dengan berjalannya waktu, inflasi akan bergerak ke arah target yang ditetapkan. Pasar tenaga kerja membaik kecuali data pada bulan Desember 2015. Kenaikan Fed Fund rate tetap masih dalam pertimbangan, dan akan dilakukan secara bertahap. The Fed tetap membuka kemungkinan kenaikan Fed Fund rate pada bulan Maret. Pernyataan ini membuat pasar merespon negatif. Terkait hal ini, Mike Moran, Head of Economic Research Standard Chartered, justru memperkirakan The Fed harus menurunkan kembali tingkat bunga karena harga minyak akan tetap rendah sehingga membuat target inflasi tidak tercapai. Selain itu kuatnya USD akan berdampak negative pada profitabilitas korporasi US terutama yang berorientasi ekspor.
Setelah pernyataan Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda yang merekomendasikan agar China menerapkan capital control daripada menghabiskan cadangan devisanya, dan pernyataan IMF bahwa China tidak smooth dalam mengkomunikasikan kebijakannya, Mr. Fang Xinghai, salah satu dari tiga vice chairman China Securities Regulatory Commission, mengakui bahwa China seharusnya mampu melakukan komunikasi yang lebih baik kepada investor global. Selain itu, Mr. Li Yuanchao, wakil Presiden China juga mereiterasi posisi Pemerintah China yang tidak memiliki niat untuk mendevaluasi Yuan. Namun demikian investor melihat tidak tampilnya Presiden Xi Jinping dan Gubernur PBOC Zhou Xiaochuan untuk menenangkan pasar, dan hanya mengirim Fang Xinghai untuk tampil di depan publik, mengindikasikan akan adanya permasalahan yang lebih besar di China.
Investor asing terus membukukan net sell di pasar saham di Asia. Total net sell investor asing di pasar saham India, Indonesia, Filipina, Korsel, Taiwan, Thailand dan Vietnam mencapai USD7,3 miliar year to date (Indonesia net sell sebesar Rp3,74 triliun ytd). Net sell di India termasuk yang terparah, dimana investor membukukan net sell sebesar USD1,8 miliar ytd. Reserve Bank of India menganggarkan pembelian obligasi berdenominasi Rupee pada kuartal 1 ini untuk meningkatkan likuiditas.
Dari Indonesia, Pemerintah menerbitkan paket kebijakan IX, yang terdiri dari 3 kebijakan utama yaitu: percepatan pembangunan infrastruktur tenaga listrik, stabilisasi harga daging, dan peningkatan sektor logistik desa-kota. PLN akan diperkuat untuk mempercepat pembangunan infrastruktur kelistrikan sehingga target rasio elektrifikasi sebesar 97,2% pada tahun 2019 dari 87,5% saat ini dapat tercapai. Sementara terkait stabilisasi harga daging, Menteri Pertanian akan menetapkan negara atau zona dalam suatu negara, unit usaha atau farm untuk pemasukan ternak dan/atau produk hewan berdasarkan analisis resiko dengan tetap memperhatikan ketentuan OIE (Organisasi Kesehatan Hewan Internasional). Terkait peningkatan sector logistic desa-kota, terdapat lima jenis usaha yang dideregulasi termasuk penggunaan mata uang Rupiah untuk transaksi kegiatan transportasi.
Masih dari Indonesia, Menteri Keuangan kemarin dalam konferensi pers menyampaikan bahwa realisasi pendapatan Negara tahun 2015 mencapai Rp1.504,5 triliun (85,4% dari target Rp1.761,6 triliun), belanja Negara mencapai Rp1.796,6 triliun (90,5% dari pagu Rp1.984,1 triliun), dan defisit sebesar Rp292,1 triliun (2,56% terhadap PDB). Realisasi pembiayaan mencapai Rp318,1 triliun (140% dari target pembiayaan sebesar Rp222,5 triliun), sehingga terdapat SILPA sebesar Rp26,1 triliun.
Harga minyak ditutup naik setelah terdapat indikasi Negara produsen minyak semakin konvergen dalam mendukung pengurangan produksi minyak. Reuters melaporkan bahwa BUMN Rusia produsen minyak Transneft menyebutkan pejabat Rusia telah memutuskan bahwa mereka harus berkoordinasi dengan OPEC untuk mengurangi produksi minyak. Pernyataan the Fed yang tidak cukup hawkish (meskipun tidak dovish juga) juga memberikan support terhadap harga minyak. Selain itu, Energy Information Administration US kemarin melaporkan bahwa produksi minyak di domestik US turun 14.000 barrel per hari menjadi 9,22 juta barrel per hari untuk minggu yang berakhir tanggal 22 Januari 2016. Penurunan 14.000 barrel per hari dipandang tidak signifikan, namun tren menurun menjadi sentiment positif. WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret naik USD0,85 (2,7%) ke level USD32,33 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Maret naik USD1,30 (4,1%) ke level USD33,10 per barrel.
Perdebatan seputar harga minyak dan harga saham terus berlangsung hangat. Analis dari London-based energy consultant Energy Aspects menyebutkan bahwa jika harga minyak menembus USD100 per barrel maka pertumbuhan ekonomi global akan tertekan karena turunnya belanja konsumen dan turunnya profit korporasi. Namun demikian hal yang mengherankan adalah turunnya harga minyak ke level USD30 per barrel juga membuat investor panic. Professor Kamiar Mohaddes dari University of Cambridge menyatakan bahwa saat ini penurunan harga minyak terjadi bukan karena lemahnya permintaan, namun lebih karena melimpahnya suplai. Pasar berperilaku over-reacting karena melimpahnya suplai sudah dipersepsikan sebagai turunnya permintaan. Professor of Economics dari Nuffield College Oxford, Martin Ellison, juga menyatakan bahwa sejatinya harga minyak yang rendah bagus untuk ekonomi, namun dalam periode dimana terdapat ketidakpastian, nampaknya turunnya harga minyak justru direspon negatif.
Yield UST naik tipis setelah hasil FOMC meeting. Yield UST 10 year naik 1 bps ke level 2,00%, sementara UST 30 year naik 1 bps ke level 2,79%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 27 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara di Eropa yield German bund tenor 10 tahun relatif tidak bergerak di level 0,37%.
Pasar SUN menguat, yield SUN tenor 10 tahun turun 3 bps ke level 8,45%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 29 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG pada penutupan kemarin naik 73,16 poin (1,62%) ke level 4.583,63. Year to date IHSG membukukan penurunan indeks sebesar 0,2% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net buy sebesar Rp87,8 miliar sehingga year to date asing membukukan net sell sebesar Rp3,74 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat Rp10 ke level Rp13.876 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M melemah Rp23 ke level Rp13.949. Persepsi risiko turun, CDS spread 5Y turun 3 poin ke level 242. (*)