Oleh Awaldi
(Pengamat Pengelolaan SDM, Penulis Buku, Direktur Operasional Bank Muamalat Indonesia)
PAGI subuh hari Minggu kemaren di hari baik tanggal baik 02/02/2020, jam 5 pagi saya sudah siap-siap untuk berangkat. Barang-barang yang terdiri dari perangkat stik golf dan tas ringan tempat pakaian ganti sudah di dalam mobil sejak malam harinya. Tujuan saya nyetir mobil pagi-pagi buta adalah Gunung Guelist Golf and Resort. Cepet-cepet berangkat supaya tidak ketinggalan tee-off Turnamen Golf Infobank Ke 2, yang rencananya akan mulai pukul 6.30 pagi.
Sambil nyetir saya sudah membayangkan untuk satu flight (pairing) dengan temen saya yang biasa maen golf, direktur salah satu perusahaan asuransi yang kebetulan hari itu jadi sponsor utama, bareng dengan mas Noto wapemprednya Infobank.
Janjinya di Jakarta udah mateng banget untuk satu flight, biasanya nanti maen sambil cerita tentang kehidupam spiritual mas Noto, kehidupan politik bank, dan makan kue enak yang selalu dibawakan oleh temen dari perusahaan asuransi.
Hidup kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. Sampai di resort dan setelah parkir mobil serta mendapatkan bagtag, saya langsung melakukan registrasi dan melihat papan pengatur pairing. Saya agak terhenyak kok pairingnya tidak sama dengan yang saya bayangkan dan yang dari jauh-jauh hari sudah diatur? Kandas harapan dan kandas imajinasi yang sudah dibangun.
Saya mendapatkan skedul untuk tee off mulai dari hole ketiga.
Dalam papan pairing tertera info saya satu flight dengan Prof Komaruddin Hidayat, dan dua orang lainnya komisaris dari perusahaan asuransi. Tidak ada yang kebetulan yang terjadi dalam hidup kita. Memang sudah diatur dari sononya. Rencana fun and joy dengan temen-temen yang sudah biasa maen golf, ternyata Tuhan memberikan saya kesempatan luar biasa. Lima jam lebih bermain golf, satu pairing dengan orang-orang hebat.
Memang golf dikenal sebagai olahraga yang companionship-nya tinggi. Selama 5 jam bersama dalam satu pairing, most likely akan tercipta bonding, friendship, network, fellowship. Dalam 5 jam itu pemain akan membuka diri. Sama-sama bermain, menikmati kebersamaan, diselingi fun, cerita ngalor-ngidul, sambil menikmati keindahan alam. Dan tentu saya menikmati berkenalan dengan orang-orang baru, orang-orang hebat, apalagi ada Prof Komaruddin Hidayat, yang terkenal dengan pendekatan sufistiknya.
Tidak banyak akademisi yang maen golf. Pak Komaruddin adalah bekas Rektor IAIN, dan sekarang menjabat sebagai Rektor UIII (Universitas Islam Internasional Indonesia). Dalam flight kami di akhir permainan Prof Komaruddin skornya paling bagus. Maennya santai, penuh tawa. Sangat menikmati. Dalam acara penutupan event ini, dia diminta oleh Pemred Infobank, Mas Eko, untuk sharing tentang bukunya yang berjudul Spritual Side of Golf. Saya yang tadinya mau langsung pulang sehabis golf, akhirnya tersirap untuk mendengarkan pemaparan Prof Komaruddin.
Menurut Prof Komaruddin, olahraga golf membuat sehat, bugar, dan panjang umur. “Golf membuat pemainnya sehat karena mengandung tiga elemen, yakni physical exercise, social exercise, dan intelektual exercise,” kata sang profesor.
Physical exercice karena golf harus berjalan sampai dengan 7-8 kilometer untuk 18 hole yang tentu sangat menyehatkan, juga gerakan memukul bola yang merupakan latihan fisik. Social exercise karena dengan bermain golf, para pemain kumpul, joke-joke keluar, saling ketawa, yang membuatnya merasa bahagia. Intelectual exercise karena dalam golf diperlukan perhitungan matang saat memukul bola agar tidak meleset dari target.
Selain itu, terdapat juga sisi spiritual dalam permainan golf. Ketika memukul bola harus selalu pada jalur yang benar dengan rumput yang tipis (fair way). Jika melenceng masuk ke rough yang merupakan rumput tebal, hutan atau bebatuan, harus dikembalikan lagi ke jalur yang lurus. Kata Profesor, “fair way merupakan shirathal mustaqim, jalan lurus menuju kemenangan dan kebahagian”.
Saya setuju dengan beliau. Sangat setuju. Golf memiliki sisi spiritual yang lebih dibandingkan dengan jenis sport yang laen. Saya merasakan itu. Saya bukan atlet, tetapi saya bermain hampir semua cabang olahraga. Saya rutin bermaen tennis setidaknya setiap hari minggu dengan teman-teman yang sudah lebih dari 10 tahun maen bersama. Pingpong sebagai olahraga ringan saya maenkan cukup rutin, kadang di kantor. Saya juga jogging dan sekali-sekali ikut running event. Dari semua cabang olahraga itu, ketenangan dan keindahan lebih banyak diperoleh dalam bermain golf.
Golf membutuhkan daya tahan, disiplin ketat dan istiqomah; tiga-tiganya sama sebagai parasyarat utama dalam kehidupan spiritual. Banyak orang yang setelah mencoba permainan golf beberapa kali akhirnya mundur pacul berhenti dengan banyak alasan.
Saya saja pada waktu pertama kali bermain golf sempat meremehkan, “olahraga apa sih ini, tak jelas, boring”. Tidak ada keringat yang bercucuran seperti maen tennis. Bagi pemula, tidak gampang memukul bola. Dari sepuluh kali pukul, separonya bisa meleset, dan kalaupun kena tak jelas arah. Tanpa disiplin berlatih yang kuat dan istiqomah menjalankannya, seseorang akan gampang menyerah untuk tidak lagi bermain golf.
Golf adalah olahraga kelembutan dan keindahan. Makin kencang dan emosi anda memukul, makin tak tentu kemana bolanya.
Sebaliknya semakin halus pukulannya, semakin harmonis semua gerakan tubuh; semakin terarah dan jauh pukulannya. Enak dilihat dan indah gerakan pemain pro dalam memukul bola. Apalagi pro ladies. Dan keindahan akan mencapai kenikmatan tulang-tulang sunsum jika berhasil memukul bola dengan lembut, tetapi bolanya terbang indah lurus dan tinggi menuju hole yang ada di depan fairway.
Akan tetapi lebih dari itu, golf juga merupakan olahraga yang memungkinkan manusia bertemu dengan jati diri dan unsur-unsur pembentuk tubuhnya. Prosesi pertemuan antara diri kita dengan unsur diri-tubuh (tanah, air, udara dan api) adalah prosesi spiritual yang membuat tubuh refreshed dan memberikan rasa ekstasi spiritual yang indah.
Dengan bermain golf kita menginjak tanah, rumput dan bumi yang berbeda-beda dengan desain dan kontur yang apik. Manusia terbuat dari tanah dan akan kembali ke tanah. Sehari-hari manusia jarang ketemu dengan unsur tanah dan tumbuhan ini karena kehidupan modern; naik mobil dan tinggal di gedung-gedung ber AC. Dengan bermain golf, kita terekspose dengan bumi dan segala isinya. Kita bertemu dengan sisi-sisi diri yang manusiawi. Kita menginjak tanah, menapaki rumput, memegang bunga dan pohon-pohon cantik di sekitar course.
Tee off (mulai pukulan pertama) jam 6 pagi memberikan pemain golf kesempatan untuk menghirup oksigen bersih menggantikan unsur udara/nafas yang dimiliki pemain. Matahari yang muncul pelan-pelan memberikan pemain golf kehangatan dan refreshment unsur api.
Lapangan golf juga disertai dengan desain danau dan kolam-kolam yang berisi air yang jernih. Sekali-sekali pemain bisa mencuci tangan di kolam, selokan atau mata air yang banyak ditemukan terutama pada lapangan eksotik. Pemain juga akan disiram embun pagi yang berisikan air tipis-tipis di dedaunan yang disenggol ketika berjalan di rumput.
Golf memang bukan hanya sekedar olahraga fisik. Golf menuntut kedisiplinan dan istiqomah kehidupan. Bermain golf memberikan kesempatan kepada pemainnya me-refresh unsur hakiki manusia; tanah, air, udara, api. Permainan golf sampai dengan tahap tertentu menyibakkan cahaya sebagai unsur kerohanian; memberikan ketenangan, keindahan dan kelembutan.
Golf adalah permainan dengan journey spritualitas. (*)