Jakarta–Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perbankan nasional untuk bisa menurunkan suku bunga kreditnya. Pasalnya, selama ini, suku bunga kredit perbankan di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di ASEAN.
Menurut Jokowi, hal ini sejalan dengan akan datangnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) bagi perbankan yang akan dilaksanakan pada 2020 mendatang, sehingga dengan suku bunga yang rendah diharapkan perbankan nasional dapat bersaing dengan perbankan asing.
“Bank-bank di ASEAN bunganya hanya 5%-6%. Bank-bank dalam negeri harus bisa bersaing,” ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 15 Januari 2016.
Masih tingginya suku bunga kredit perbankan nasional di antara bank-bank di ASEAN, Jokowi mengaku akan berupaya untuk mencari jalan agar suku bunga kredit perbankan bisa rendah, sehingga saat pasar bebas ASEAN hadir, perbankan nasional dapat bersaing dengan bank-bank negeri jiran.
“Saya akan cari jalan agar bunga kredit bisa diturunkan, kita tunggu saja,” ucap Jokowi.
Di tempat yang sama, Direktur PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistyo menambahkan, jika suku bunga kredit perbankan rendah, maka tentunya akan berdampak langsung terhadap perekonomian nasional. Ke depan, ekonomi Indonesia akan terdongkrak naik.
“Perintah pak Jokowi untuk menurunkan bunga bank suatu saat harus 7%-8% di Indonesia, bunga bank kepada kreditur. Nah, kalau itu jalan buat ekonomi bagus, buat pasar modal bagus. Itu message yang paling penting dari Pak Jokowi,” tukasnya.
Menurut Tito, dengan adanya statement Jokowi tersebut, respon para bankir pun positif. Sektor perbankan mengaku senang, namun begitu, funding dipastikan juga harus murah, yakni dengan berpatokan dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan repo obligasi yang harus turun.
“Nah yang kedua adalah, pendanaan jangka panjangnya harus siap. Tapi saya cek lagi ke BPJS, dia bilang siap kita beli obligasi panjang dan murah. Jadi ini satu-satunya kata pak Jokowi nyebut angka bunga bang harus turun, ini yang paling menarik,” tutup Tito. (*) Rezkiana Nisaputra