Jakarta – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada hari ini (10/10) diprediksi akan menguat terbatas akibat sentimen positif sinyal bank sentral AS (The Fed) yang akan kembali menurunkan bunga acuannya pada bulan Oktober tahun ini.
Hal tersebut seperti disampaikan oleh Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada Infobank. Dirinya menyebut, faktor masih melambatnya ekonomi globat membuat The Fed berpotensi untuk menurunkan bunga acuan.
“Dalam perdagangan pagi ini rupiah dibuka menguat cukup meyakinkan di sebabkan oleh faktor salah satunya The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga di bulan Oktober,” kata Ibrahim di Jakarta, Kamis 10 Oktober 2019.
Selain itu, masih bergejolaknya BREXIT juga diprediksi masih akan mempengaruhi pergerkan rupiah pada hari ini. Terlebih pokitikus Boris Jonson meminta tambahan waktu untuk negosiasi BREXIT.
“Boris Jonson meminta tambahan waktu negosiasi BREXIT hingga 31 Oktober 2019. Namun saat ini pelaku pasar mengindahkan masalah perang dagang antara AS dan China,” tukas Ibrahim.
Sebagai informasi, pada pembukaan perdagangan hari ini (10/10) Kurs Rupiah berada di level Rp14.180/US$ posisi tersebut melemah tipis bila dibandingkan pada penutupan perdagangan kemarin (9/10) yang masih berada di level Rp14.172/US$.
Sementara, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, (10/10) kurs rupiah berada pada posisi Rp14.157/ US$ menguat dari posisi Rp14.182/US$ pada perdagangan kemarin (9/10) (*)
Editor: Rezkiana Np