Jakarta – Menteri badan usaha milik negara (BUMN), Rini Sumarno ngotot untuk menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di sejumlah BUMN, termasuk empat bank BUMN pada akhir Agustus 2019. Tak tanggung-tanggung, agendanya antara lain membongkar jajaran direksi.
Kementerian BUMN sudah meminta data profil dan pencapaian semua direksi perusahaan BUMN yang akan menyelenggakan RUPSLB, yaitu Pertamina, Garuda Indonesia, Krakatau Steel, Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, dan Bank Tabungan Negara (BTN).
Untuk memuluskan rencanya, sumber Infobank mengatakan Rini akan menghadap Presiden Joko Widodo. “Karena Rini merasa diserang mengenai langkahnya yang akan membongkar direksi sejumlah perusahaan BUMN,” ujar sumber Infobanknews.com, Sabtu, 20 Juli 2019.
Sayangnya, ketika Infobanknews.com menanyakan tujuan mengganti direksi BUMN kepada sejumlah pejabat Kementerian BUMN, mereka tidak memberi respon.
Tiga hari terakhir, media massa ramai memberitakan mengenai RUPSLB yang kontroversi dan diduga mengandung muatan politis menjelang pergantian kabinet. Sejumlah kalangan seperti anggota legislatif dan ekonom bahkan mengultimatum Rini Sumarno untuk tidak mengambil keputusan berbau politik seperti merombak kursi direksi sebelum Presiden Jokowi menyusun kabinet baru.
”Apalagi, Rini Sumarno adalah salah satu dari menteri yang akan diresuffle mengingat kerjasamanya yang buruk dengan legislatif, holding jasa keuangan yang sudah molor tiga tahun, serta terperosoknya sejumlah perusahaan BUMN seperti Krakatau Steel, Jiwasraya, Garuda Indonesia, dan Pertamina,” ujar Bhima Yudhistira, ekonom Indef kepada Infobanknews.com.
Menurut data Biro Riset Infobank, kinerja empat bank BUMN sangat sehat dan menjadi lokomotif pertumbuhan industri perbankan di tanah air.
Per April lalu, kreditnya tumbuh 13,37%, lebih besar dari pertumbuhan kredit industri yang sebesar 11,12%. Asetnya membesar dengan pangsa mencapai 40,39%.Begitu juga dari sisi rentabilitas. Dengan asetnya yang jumbo, rentabilitas bank BUMN masih lebih tinggi dari industrinya.
BRI dengan aset terbesar Rp1.279,86 triliun mencatat return on assets (ROA) 3,35%. Bank Mandiri dengan aset Rp1.205,97 triliun memiliki ROA 3,42%. BNI dengan aset Rp800,56 triliun mencatat ROA 2,68%. BTN dengan aset Rp301,34 triliun memiliki ROA 1,24%.
Bahkan, saham BRI dengan kinerja keuangannya yang ciamik sempat menembus rekor baru dengan kapitalisasi pasar meningkat menjadi Rp551,36 triliun (16/7) dan dua hari kemudian turun lagi gara-gara berita RUPSLB yang dipandang negatif oleh para investor.
Menurut Bhima Yudhistira, rencana menteri BUMN menggelar RUPSLB bank BUMN dipandang sangat negatif oleh pasar.
“Ini RUPSLB bank BUMN kan sudah yang ketiga dari Januari. Pasar melihat negatif dengan isu pergantian direksi yang lebih mengandung motif politik atau pribadi, bukan motif korporasi. Kalaupun mengganti direksi itu untuk kinerja BUMN yang kinerjanya buruk seperti Krakatau Steel. Sedangkan bank-bank BUMN kinerjanya lebih cepat dari industrinya, bisa menjalan peran sebagai agen pembangunan, dan sedang sibuk melakukan transformasi untuk menjaga sustainability pertumbuhannya,” tandas Bhima.
Sebelumnya, kementerian BUMN sudah membantah adanya motif politik dibalik RUPSLB BUMN. Dalam siaran persnya, Gatot Trihargo, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultasi Kementerian BUMN, mengatakan bahwa melalui RUPSLB manajemen bisa mengusulkan agenda tambahan untuk aksi korporasi yang perlu persetujuan Pemegang saham seperti akuisisi dan penerbitan bond. Menjawab pertanyaan para wartawan mengenai motif politik dibalik RUPSLB, Gatot menepisnya.“Ngga ada (unsur politik), biar (kinerja BUMN) lebih optimal,” ujarnya.(Jovian)