Jakarta – Ketika bencana alam terjadi, lazimnya bantuan datang dari berbagai penjuru, termasuk kedatangan para relawan yang akan membantu proses evakuasi korban bencana hingga pemulihan sarana dan infrastruktur di daerah tersebut.
Tentu, seperti lazimnya manusia biasa, para relawan membutuhkan asupan makanan. Dan di daerah bencana, para relawan membutuhkan asupan gizi yang semestinya sangat baik, karena pekerjaan mereka sangat berat dan kerap kali melampaui beban kerja di masa normal.
“Di daerah terdampak bencana, para relawan kerap kali bekerja tak kenal lelah dan tak ingat waktu. Pada titik itu mereka rentan mengalami kelelahan berat. Untuk menghindari agar kelelahan itu tidak berubah menjadi sakit, mereka membutuhkan asupan gizi yang seimbang selain tentunya istirahat yang cukup,” ujar Shanty Dewi Nurhayani, anggota Indonesian Chef Association (ICA) yang berdomisili di Garut, Jawa Barat, Senin, 27 Mei 2019.
Meski asupan gizi dari makanan sangat penting bagi para relawan, namun Dewi, sapaannya memaparkan, kerap kali justru aspek tersebut terabaikan.
“Ketika berada di daerah bencana, memang makanan yang tersedia untuk relawan kondisinya ala kadarnya, yang penting ada. Ini yang kurang baik karena bisa berdampak pada kesehatan para relawan maupun masyarakat korban bencana yang sangat memerlukan makanan bergizi,” jelas Dewi.
Untuk itu ICA, yang bernaung di bawah Kementerian Pariwisata, anggotanya kerap terjun ke lokasi bencana alam untuk membantu organisasi, baik pemerintah, sosial maupun swasta untuk mengelola dapur umum yang digelar berbagai institusi tersebut.
“Kami memberikan saran panduan menu yang cocok untuk daerah tersebut sesuai dengan selera lokal dengan kandungan gizi yang baik, cara pengolahan dan peralatan yang diperlukan untuk memasak dalam jumlah besar hingga ke manajemen higienitas dapur umum, agar kebersihan dan kesehatan selalu terjaga dari bahan baku hingga makanan jadi,” tuturnya.
Dewi memaparkan, salah satu pihak yang kerap bekerja sama dengannya selaku anggota ICA adalah Tim Reaksi Cepat PLN. Menurut data yang dikutip dari Departemen Corporate Communication & CSR PT PLN (Persero), TRC PLN yang diinisiasi oleh Direksi PLN tersebut, memiliki misi kemanusiaan dalam dua bentuk, yakni melakukan pencarian dan penyelamatan (search and rescue) korban bencana di wilayah berair dan daerah berketinggian, serta penyediaan dapur umum.
TRC PLN sendiri tugasnya adalah mencari dan mengevakuasi korban bencana. Jika tidak melakukan SAR, maka TRC PLN bertugas men-support makanan untuk tim pemulihan infrastruktur listrik PLN maupun badan koordinator bencana lain, dan juga masyarakat terdampak bencana.
Dewi sendiri sangat kagum dengan TRC PLN. Pasalnya, dalam hal penyediaan dan pengelolaan dapur umum, TRC PLN menyebutkan, pihaknya angkat topi dengan dedikasi TRC PLN dalam menyiapkan dapur umum.
Sebab karena TRC PLN selain memiliki tenaga relawan yang sangat berdedikasi dan sepenuh hati membantu korban bencana alam, juga sekaligus tak ragu sedikitpun menggelontorkan bahan pangan terbaik untuk para korban bencana, termasuk untuk tenaga relawan dari berbagai badan pemerintah maupun swasta.
“TRC PLN benar-benar menginginkan makanan bernutrisi lengkap dan dengan rasa yang sesuai dengan cita rasa lokal daerah tersebut. Ini membuat kami kagum dengan komitmen TRC PLN yang sepenuh hati,” ujar Dewi. (*)