Jakarta – Dalam industri perikanan baik perikanan laut maupun tambak, kehadiran cold storage atau gudang berpendingin sangat krusial.
Dengan cold storage, nelayan atau petambak bisa menyimpan hasil tangkapannya relatif lebih lama, sehingga nilai ekonomisnya tidak menyusut akibat proses pembusukan alamiah.
Dengan pengendalian atau pengaturan suhu di cold storage umur komoditas dapat diperpanjang (extended shelf life). Seperti dipaparkan Hasanuddin Yasni, Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI).
“Ikan harus didinginkan segera setelah ditangkap di laut atau dipanen di tambak. Karena jika dalam 4 jam setelah ditangkap tidak cepat diturunkan suhunya, akan terjadi perubahan fisik, terjadi perkembangan bakteri. Jadi berbau tengik, berlendir, lembek karena terjadi perubahan mikrobiologis. Di sini peran penting cold storage pasca penangkapan atau pascapanen,” jelas Hasanuddin Yasni, Ketua Umum ARPI di Jakarta, Rabu, 6 Maret 2019.
PT PLN (Persero) sendiri memahami kondisi penyediaan cold storage di Indonesia. Karena itu PLN terus berupaya meningkatkan pasokan dan ketersediaan listrik untuk operasional cold storage. Executive Vice President Corporate Communication and CSR PT PLN (Persero) I Made Suprateka menerangkan sejumlah inisiatif PLN mendukung penyediaan listrik untuk cold storage.
“Pada 18 Mei 2018, PLN menyediakan listrik untuk floating cold storage pertama di Indonesia milik PT Perikanan Nusantara (persero) di Pelabuhan Untia, Makassar, Sulawesi Selatan. Pasokan listrik PLN ke Floating Cold Storage tersebut mencapai 240 kilo Volt Amper (kVA) menggunakan alat Automatic Secionalizing Switch. Pasokan listrik ke cold storage terapung ini merupakan pertama kalinya di Indonesia,” jelas Made, sapaannya.
Sebelumnya pada Juni 2017 PLN bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, memenuhi kebutuhan tenaga listrik di setiap lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
Dalam kerja sama itu, PLN menyediakan listrik di 12 pulau kecil serta kawasan perbatasan yang meliputi Natuna, Saumlaki, Merauke, Mentawai, Nunukan, Talaud, Morotai, Biak Numfor, Mimika, Rote Ndao, Sumba Timur dan Sabang.
“Project ini juga digunakan untuk pengoperasian cold storage, tempat singgah nelayan, pabrik es, sumur, gudang rumput laut hingga tambak serba guna,” papar Made.
Dengan menggunakan listrik PLN dibandingkan genset, pengelola cold storage memperoleh manfaat berlipat. Antara lain dari nilai tambah secara ekonomis, produk perikanan yang lebih tahan lama, akan dapat diolah menjadi fillet, nugget, dan bakso udang/ikan.
Keuntungannya, selain pasokan listrik yang lebih terjamin, penghematan biayanya juga besar. Hal tersebut diungkapkan Branch Manager PT Perikanan Nusantara Cabang Makassar, Ferdinand Wenno.
Menurutnya, sebelum didukung PLN, biaya operasional kapal floating cold storage Perinus yang sudah bersandar di Untia selama setahun sangat mahal.
“Karena memakai genset solar, biaya operasional dan pemeliharaannya mencapai Rp200 juta per bulan” urai Ferdinand.
Dengan perhitungan menyala 250 jam, penggunaan listrik dari PLN menjadikan Perinus menghemat Rp138 juta per bulannya.
Besarnya penghematan ini juga diamini oleh Hasanuddin Yasni. Pria yang akrab disapa Hasan itu menyebut, penghematan penggunaan listrik PLN untuk cold storage mencapai dua kali lipat.
“Perbandingan penghematan antara menggunakan listrik PLN untuk cold storage dengan genset itu 1 banding 2. Jadi sekitar 2 kali lipat biaya menggunakan genset untuk cold storage dibanding dengan listrik PLN,” urainya.
Penggunaan cold storage pun menurut Hasan juga terbukti mampu menunjang pertumbuhan bisnis nelayan setempat sekitar 5-6%.
Sementara mengutip data ARPI pada Oktober 2017, kapasitas cold storage untuk perikanan mencapai 200 ribu ton, masih jauh dari kebutuhan nasional yang memerlukan kapasitas penyimpanan mencapai 1,7 juta ton. (*)