Jakarta — Indodana (PT Artha Dana Teknologi), platform Teknologi Finansial Pinjaman terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), meluncurkan RoboLending. RoboLending adalah layanan Pendanaan Online dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Big Data yang terimplementasikan dalam suatu sistem.
RoboLending Indodana akan mempertemukan pemberi pinjaman dan peminjam secara otomatis. Dana dari pemberi pinjaman akan disalurkan kepada banyak peminjam yang memenuhi syarat sehingga tidak perlu repot meluangkan waktu untuk memilih peminjam satu per satu.
Keuntungan yang diperoleh pemberi pinjaman ialah mendapatkan imbal hasil hingga 16 persen per tahun. Bagi Anda yang mencari diversifikasi portofolio, Pendanaan di fintech pinjaman bisa menjadi pilihan menarik sebab imbal hasil yang ditawarkan lebih lebih tinggi daripada menaruh dana di deposito bank yang hanya memberikan return rata-rata 6 persen per tahun maupun suku bunga obligasi ritel yakni di kisaran 8 persen.
“Produk Pendanaan cocok bagi mereka yang menginginkan asetnya bertumbuh dengan risiko terukur, return atraktif hingga 16 persen per tahun, dan low correlation terhadap gejolak harga saham.” Ujar Product Manager Indodana Timothy Prawiromaruto di Jakarta, Jumat (18/1).
Pendanaan lewat Indodana memiliki banyak keunggulan. Dari sisi modal awal, Pemberi pinjaman bisa mulai hanya dengan Rp100.000 dibandingkan dengan deposito di bank, modal awal deposito saja minimal Rp10 juta dan modal beli obligasi ritel minimum Rp1 juta.
Proses menjadi pemberi pinjaman atau lender lewat Indodana juga sangat mudah dan cepat. Cukup daftar dengan KTP, pilih jangka waktu, nominal dana yang ingin disalurkan, dan apabila sudah terdaftar, bisa mulai mendanai para peminjam.
Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dalam pendanaan di fintech pinjaman, umumnya sangat simpel dan tidak dibutuhkan pengalaman atau ilmu investasi yang mendalam sehingga siapa saja bisa ikut berpartisipasi menjadi pemodal atau lender. Mulai dari tipe yang baru belajar maupun yang sudah berpengalaman dan ingin punya diversifikasi portofolio.
“Dana yang sudah disetorkan, perkembangannya bisa dipantau secara online dan realtime. Bahkan proses pencairan ataupun penambahan dana semua dilakukan online,” jelas Timothy.
Menyoal risiko, pemberi pinjaman bisa lebih tenang dengan adanya kombinasi Teknologi AI dan Big Data yang terdapat dalam RoboLending juga berfungsi memitigasi risiko dari para peminjam sehingga risiko gagal bayar bisa diminimalisir sekecil mungkin. Di Indodana sendiri, 98 persen dari semua pinjaman dikembalikan dengan lancar.
Faktanya saat ini masih banyak masyarakat yang tak mendapatkan pinjaman dari perbankan. Data dari Global Findex Database 2017, hanya 12 persen dari masyarakat Indonesia bisa mendapatkan pinjaman dari perbankan konvensional. Disinilah fintech P2P lending hadir sebagai solusi untuk memberikan kemudahan akses kredit ke masyarakat.
Selain itu ada 143 juta pengguna internet aktif di Indonesia, dimana akses keuangan menggunakan internet sekarang semakin mudah dan bisa menjangkau pedesaan. Hasil riset INDEF mengungkapkan Fintech lending memiliki peran yang positif bagi perekonomian Indonesia, yakni dengan penyaluran pinjaman mencapai Rp 26 triliun per tahunnya.
Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan, perkembangannya fintech cukup pesat dalam tiga tahun terakhir, bermula dari pendanaan 200 miliar kini sudah tembus Rp9 triliun per Juli 2018.
“Angka nya terus naik dan sudah lebih dari 1,4 juta orang peminjam nya. Ini membuktikan masyarakat makin percaya Fintech, plus sudah ada Peraturan OJK no. 77 di mana Fintech sudah diakui dan diawasi oleh otoritas. Tinggal nasabah nya harus cek dulu apa Fintech nya sudah terdaftar atau berizin sebelum berinvestasi,” ujar Bhima.
Dari sisi inklusi keuangan, fintech P2P lending membantu meningkatkan inklusi keuangan Tanah Air sebab fintech memfasilitasi pemberian pinjaman bagi masyarakat yang tak tersentuh dan/atau tak bisa mendapat pinjaman dari perbankan (unbanked people) melalui pemanfaatan teknologi. Selain itu, fintech P2P lending berperan positif dalam membantu OJK dalam mengatasi gap pembiayaan UMKM. Data OJK mencatat estimasi gap pembiayaan UMKM saat ini sebesar Rp 1000 triliun per tahun.
“Indodana hadir menjadi solusi praktis dan aman dalam pembiayaan digital melalui platform layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi (Fintech Peer to Peer Lending). Indodana telah memberikan pinjaman senilai Rp 38 miliar lebih kepada 13 ribu nasabah di seluruh Indonesia,” ungkap Timothy.
Sebagai gambaran, masyarakat bisa mengajukan pinjaman tanpa agunan di Indodana, melalui handphone dengan syarat KTP saja. Pinjaman yang ditawarkan mulai dari Rp500 ribu hingga Rp8 juta, dengan cicilan tetap terjangkau, bahkan mendapatkan reward untuk pembayaran cicilan tepat waktu. Sementara dari sisi Pemberi Pinjaman, masyarakat yang memiliki dana bisa menjadi pemodal dengan meminjamkan uang yang dimilikinya kepada orang lain dengan mendapatkan imbal hasil atraktif. (*)