Solo- Bank Indonesia (BI) menegaskan, dalam menentukan kebijakan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate tidak akan bergantung penuh terhadap bank sentral Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo pada acara Pelatihan Wartawan Ekonomi di Solo. Dody mengatakan, pihaknya tetap berpedoman penuh terhadap pasar dan data fundamental ekonomi nasional maupun global.
“Kalau bicara pre emptive, ahead the curve jangan pernah berpikir BI berhadap-hadapan dengan Fed, karena BI bergantung kepada data,” kata Dody di Solo, Sabtu 17 November 2018.
Dody menambahkan, contoh nyata pihaknya tidak terus menerus mengikuti kebijakan The Fed terbukti ketika The Fed menaikkan suku bunga acuan pada pertengahan tahun 2018, namun BI tidak ikut menyesuaikan.
“Saat sebelum Juli kenaikan pertama dan kedua Fed, BI tidak menaikkan suku bunga. Bahkan yang terjadi inflow masuk ke perekonomian kita,” kata Dody.
Selanjutnya, dalam penyesuaian suku bunga pada Desember mendatang, pihaknya kembali menegaskan keputusan dilakukan melalui pemahaman atas data, meski ada kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan jelang akhir tahun.
Tercatat, hingga sepanjang 2018 saja BI telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebanyak 175 bps pada bulan Mei Juni, Agustus dan terakhir pada November sehingga kini berada di level 6,00%. (*)