Jakarta—Head of Operation Panin Asset Management Rudiyanto optimis pasar obligasi akan tumbuh tahun ini seiring turunnya suku bunga acuan (BI Rate).
Ia menjelaskan, di tahun-tahun sebelumnya suku bunga acuan dan inflasi telah terbukti menjadi penentu pergerakan obligasi. Berkaca pada 2011 silam, suku bunga acuan relatif stabil dan turun pada akhir tahun, kemudian inflasi tercatat turun menyebabkan obligasi pemerintah naik 14,32%.
“Kemudian di 2012 inflasi relatif stabil dan BI rate stabil tapi obligasi tetap naik 9,04%. Ternyata obligasi yang naik itu dilevel bawah. 2013 inflasi naik, BI rate naik obligasi minus 5,15%. Artinya bisa diprediksikan,” ujarnya Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa, 26 Januari 2016.
Seperti dketahui, awal tahun BI telah menurunkan suku bunganya meskipun hanya sebesar 25 basis poin menjadi 7,25%. Inflasi diyakini juga masih akan terjaga lantaran nilai tukar Rupiah tahun ini diproyeksikan berada di level Rp13.905-Rp14.420 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Nulai tukar itu sangat mempengaruhi inlfasi. Karena banyak bahan baku yang kita impor, itu membutuhkan dolar. Kalau naik otomatis harga naik, itu akan mempengaruhi inflasi,” tuturnya.
Kendati demikian, menurutnya kendala di pasar obigasi yakni terkait kepemilikan asing terhadap pasar obligasi pemerintah Indonesia yang cenderung semakin besar dibanding negara lainnya. Sehingga pergerakan obligasi sangat rentan dengan gejolak ekomi global. (*) Dwitya Putra