Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (23/1) indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali dibuka terkoreksi ke level 7.246,48 atau melemah tipis 0,02 persen dari level 7.248,20 pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 210 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 20 ribu kali, serta total nilai transaksi tercatat mencapai Rp302 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 103 saham terkoreksi, sebanyak 128 saham menguat dan sebanyak 252 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: Pengumuman! OJK Terbitkan Aturan Baru Terkait Pasar Modal, Berikut Rinciannya
Sebelumnya, Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suherman melihat bahwa IHSG secara teknikal hari ini berpotensi mencoba break resistance kuat di level 7.260 untuk lanjutkan penguatan.
“Dengan level resistance 7.260 hingga 7.320 dan level support 7.150 hingga 7.200,” ucap Fanny dalam risetnya di Jakarta, 23 Januari 2024.
Pada perdagangan kemarin (22/1) reli indeks di Wall Street berlanjut, terlihat dari Dow Jones dan S&P 500 menembus rekor tertinggi sepanjang masa. Dow Jones melesat 138,01 poin atau 0,36 persen, kenaikan tersebut mendorong rata-rata saham blue-chip ke rekor baru, lalu S&P 500 meningkat 0,22 persen, dan Nasdaq naik 0,32 persen.
Sementara, Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada awal perdagangan pekan ini, Senin (22/1) setelah bank sentral China menahan suku bunga dan rilis data baru mengenai konsumen AS, dengan indeks Hang Seng ambruk 2,27 persen, KOSPI melemah 0,34 persen, dan Shanghai terjerumus 2,68 persen.
Baca juga: Awas! OJK Diam-Diam Nyamar jadi Intel di Warung Kopi, Gali Informasi Pasar Modal
Sedangkan, Nikkei terbang 1,62 persen, Topix melesat 1,39 persen dan ASX 200 menguat 0,75 persen. Menguatnya sebagian besar bursa Asia Pasifik sejalan dengan Wall Street yang ditutup rebound pada akhir pekan lalu di tengah laporan keuangan perusahaan serta sentimen bullish untuk saham artificial intelligence.
Beragamnya pasar bursa Asia hari ini juga disebabkan oleh sentimen dari China dan kebijakan moneter AS. Sedangkan pelemahan bursa Asia karena semakin memudarnya optimisme pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga bank sentral AS dalam waktu dekat. (*)
Editor: Galih Pratama