Jakarta — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menghadiri rapat paripurna ke-27 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI), guna membacakan tanggapan terhadap pandangan fraksi atas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 2019.
Dirinya mengatakan, bahwa pihaknya masih terus mencermati konteks dinamika global yang telah berubah dan akan mempengaruhi seluruh perekonomian dunia, dan dampaknya pada perekonomian lndonesia tahun ini dan tahun 2019.
“Perekonomian dunia saat ini bergerak ke arah keseimbangan baru (a new normal). Tren perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh dampak arah kebijakan di Amerika Serikat (AS) yang secara fundamental berubah,” kata Sri Mulyani di Kompleks DPR RI Jakarta, Kamis 31 Mei 2018.
Sri Mulyani menambahkan, seiring dengan semakin pulihnya perekonomian AS yang menyebabkan kecenderungan peningkatan laju inflasi serta penurunan tingkat pengangguran di AS, menyebabkan Bank Sentral AS (Federal Reserve) melanjutkan normalisasi kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuannya serta kecenderungan pengetatan likuiditas.
Baca juga: Menkeu Beri Sinyal Kenaikan BBM pada RAPBN 2019
Oleh karena itu, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve diperkirakan akan terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan, dari semula kenaikan sebanyak 3 kali menjadi 4 kali.
“Ini berarti terjadi kenaikan suku bunga dolar AS secara lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. Selain itu, Pemerintah AS juga menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif dengan kebijakan pemotongan pajak dan penambahan belanja, sehingga mendorong kenaikan defisit fiskal secara cukup tajam,” tambah Sri Mulyani.
Dirinya menilai, perumusan strategi dan arah kebijakan pembangunan yang diselaraskan dengan arah kebijakan fiskal tahun 2019, harus mempertimbangkan dinamika ekonomi global dan domestik, agar mampu menjaga stabilitas dan keamanan perekonomian dan kemajuan pembangunan.
Selain perkembangan ekonomi AS, terdapat beberapa sumber risiko ketidakpastian global yang perlu dicermati diantaranya adalah potensi perang dagang AS dan Tiongkok, perkembangan perjanjian nuklir dengan Iran, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Perkembangan perkembangan ini diperkirakan dapat memicu perubahan yang cepat pada harga minyak dan komoditas global serta memicu gejolak di pasar keuangan global dalam bentuk arus modal kembali ke AS, pengetatan likuiditas global, dan penguatan dolar AS.(*)