Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Versi World Bank Capai 5,3 Persen

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Versi World Bank Capai 5,3 Persen

Jakarta – World Bank (Bank Dunia) berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini bisa tumbuh 5,3 persen. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan asumsi pertumbuhan ekonomi pemerintah di angka 5,4 persen.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves mengatakan hal itu didasarkan seiring masih bergairahnya investasi di Indonesia dan mulai membaiknya harga komoditas.

Ia sendiri menilai secara umum Indonesia mampu  mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat pada 2017 dengan prospek yang terus positif. Untuk 2017, pertumbuhan PDB naik menjadi 5,1 persen dari 5 persen pada 2016. Capaian pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir.

“Pertumbuhan yang lebih cepat tersebut disebabkan oleh investasi dan ekspor neto yang lebih kuat, yang terangkat oleh perdagangan global yang lebih baik, dan berlanjutnya pemulihan harga komoditas. Investasi publik juga mendukung pertumbuhan, dengan total belanja pemerintah tumbuh paling cepat dalam tiga tahun terakhir,” kata Rodrigo pada Laporan Indonesia Economic Quarterly (IEQ) di Jakarta, Selasa, 27 Maret 2018.

Baca juga: BI: Perang Dagang Bakal Gerus Ekonomi RI Hingga 0,02%

Ia mengatakan, kebijakan ekonomi makro yang baik telah berkontribusi pada pertumbuhan investasi yang mencapai tingkat tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Namun demikian, untuk mempercepat investasi secara berarti di luar sektor pertambangan, Indonesia harus mempertimbangkan menggabungkan kombinasi kebijakan yang berani dan akan berdampak yang akan membuka perekonomian.

“Ada beberapa risiko terhadap proyeksi tersebut termasuk perdagangan global yang lebih lambat sementara di tingkat domestik semakin melambatnya pertumbuhan konsumsi sektor swasta yang menjadi sumber lebih dari separuh PDB negara,” ujarnya.

Bank Dunia juga memproyeksi pergerakan inflasi tahun 2018 akan berada di kisaran 3,5 persen atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar 3,8 persen. Sementara neraca transaksi berjalan diproyeksikan mengalami defisit -1,9 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). (*)

Related Posts

News Update

Top News