Pasar Saham Global Masih Dalam Tekanan

Pasar Saham Global Masih Dalam Tekanan

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham Asia hari Rabu 13 Januari 2016 ditutup menguat kecuali pasar China, karena investor masih khawatir mengenai volatilitas yuan dalam jangka menengah, penjualan oleh pemegang saham besar China, dan pelemahan fundamental ekonomi China. Indeks Nikkei naik 2,88%, Hang Seng naik 1,13%, Shanghai Composite turun 2,42%, CSI 300 index turun 1,86%, Kospi Korsel naik 1,34% dan Singapore STI naik 0,18%.

Sementara pasar Eropa umumnya ditutup menguat dengan rilis data China yang lebih baik dari ekspektasi. FTSE 100 Inggris naik 0,54%, DAX Jerman turun 0,25%, CAC 40 Prancis naik 0,30% dan IBEX 35 Spanyol naik 0,21%. Pasar ekuitas US kemarin melemah signifikan setelah rilis laporan suplai minyak minggu lalu yang mencatat kenaikan. DJIA ditutup turun 2,21%, S&P 500 turun 2,50%, dan Nasdaq turun 3,41%. Pagi ini pasar Asia dibuka melemah mengikuti pelemahan di pasar US dini hari tadi. Nikkei turun 3,33% dan Kospi Korsel turun 1,55%.

Data ekspor China bulan Desember turun 1,4% (dalam USD) yoy, lebih baik dibandingkan penurunan di bulan sebelumnya, November, sebesar 6,8%, dan lebih baik dari perkiraan pelaku pasar sebesar 8% (survei Wall Street Journal). Trade surplus China bulan Desember 2015 tercatat sebesar USD60,1 miliar. Secara kumulatif, sepanjang tahun 2015 China membukukan trade surplus sebesar USD594,5 miliar, lebih besar dibandingkan trade surplus tahun 2014 sebesar USD382,5 miliar. Meskipun ekspor turun, namun impor turun lebih besar. Ekspor selama tahun 2015 turun 2,8% dibandingkan 2014, sementara impor turun 14,1% dibandingkan 2014. Sementara itu Hongk Kong overnight interbank offered rate (cost of borrowing Yuan offshore) turun ke level 8,31% setelah sempat menyentuh 66,8% sehari sebelumnya akibat intervensi PBOC.

Dari Jepang, Bank of Japan mengumumkan proses yang lebih transparan dalam mempublikasikan pandangan dan kebijakan moneternya. Beberapa perubahan mendasar antara lain: mengumumkan ringkasan pandangan board member 6 minggu setelah setiap rapat kebijakan moneter, mengumumkan dot plot yang menggambarkan pandangan dari setiap anggota, mengurangi frekuensi rapat kebijakan moneter dari 14 kali setahun menjadi 8 kali setahun, meningkatkan frekuensi pandangan BOJ terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi dari 2 kali setahun menjadi 4 kali setahun. Langkah-langkah tersebut membuat kebijakan moneter Jepang lebih transparan, lebih mudah diantisipasi pelaku pasar dan sejalan dengan praktik yang berlaku di US dan Eropa. Masih dari Jepang, data pemesanan mesin (core machinery orders) bulan November turun 14,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Data ini menunjukkan pertumbuhan capital spending di Jepang.

Informasi dari Beige Book US yang dirilis kemarin menunjukkan ekonomi US berekspansi dalam 6 minggu terakhir dengan semakin membaiknya pasar tenaga kerja US walaupun hal ini tampaknya tidak banyak berpengaruh terhadap inflasi. Dari 12 Fed districts, hanya 2 distrik yang melaporkan aktivitas ekonomi yang flat, lainnya menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi. Laporan ini menjadi salah satu informasi yang tentunya akan dipertimbangkan oleh the Fed dan menjadi tantangan tersendiri, karena target inflasi terus tidak tercapai meskipun ekonomi membaik.

Lembaga pemeringkat S&P mengingatkan akan potensi penurunan rating korporasi, setelah dalam rilisnya kemarin menyatakan bahwa 17% dari korporasi yang dirating S&P berada dalam negative credit watch, sehingga terdapat kemungkinan 50% akan diturunkan rating-nya dalam 6 bulan ke depan. Sementara yang berada dalam positive watch hanya 6%. Laporan ini melengkapi laporan minggu lalu bahwa di level sovereign, darri 131 negara yang di-rating S&P, 25 negara berada dalam negative credit watch (negative outlook) sementara 8 negara memiliki positive outlook.

Analis RBS, Andrew Roberts, mengomentari capital flight dari China yang diperkirakan sebesar USD170 miliar di bulan Desember lalu sebagai suatu indikasi bahwa PBOC harus segera mengambil tindakan melemahkan level Yuan ke level yang lebih rendah paling tidak penurunan sebesar 20% untuk dapat menarik kembali investor. Pelemahan pertumbuhan ekonomi China akan membawa pada pelemahan pertumbuhan ekonomi global, sementara pertumbuhana ekonomi US dan Eropa tidak akan mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap hal tersebut. Untuk investor saat ini Roberts merekomendasikan untuk menjual semua asset class kecuali high quality bonds.

Dari Eropa, Bundesbank Chief Jens Weidmann menyatakan bahwa kebijakan moneter yang longgar telah berdampak pada penurunan profitabilitas perbankan di Eropa. Hal ini merupakan konsekuensi yang tidak diharapkan dari kebijakan moneter yang longgar yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Sementara Bank of England Chief Mark Carney menyatakan bahwa BoE memandang perbaikan ekonomi UK bukan disebabkan oleh peningkatan utang, walaupun BoE menyadari bahwa household debt relatif tinggi (146% terhadap GDP).

Harga minyak WTI sedikit menguat. Meskipun demikian, penguatan harga tersebut tidak didukung data yang dirilis kemarin yang menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah US minggu lalu naik 200.000 barrel. Produksi minyak US juga meningkat 8.000 barrel per hari menjadi total 9,23 juta barrel per hari. Harga minyak WTI crude Nymex untuk pengiriman Februari naik USD0,04 (0,1%) ke level USD30,48 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Februari turun USD0,55 (1,8%) ke level USD 30,31 per barrel, penurunan harga ke 8 kali berturut-turut.

Yield UST kembali turun karena penurunan harga komoditas dan melemahnya pasar saham global membuat investor mengalihkan portofolionya ke safe haven seperti UST. UST 10 year turun 3 bps ke level 2,07%, sementara UST 30 year turun 5 bps ke level 2,85%. Penurunan harga komoditas akan menekan inflasi sehingga fixed income instrument seperti UST akan mengalami peningkatan harga. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 20 bps, karena flight to quality akibat turunnya pasar saham China. Sementara di Eropa yield German bund tenor 10 tahun turun 3,2 bps ke level 0,50%.

Pasar SUN menguat, yield SUN tenor 10 tahun turun 11 bps ke level 8,58%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 16 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG pada penutupan Rabu naik 24,65 poin (0,54%) ke level 4.537,18. Asing membukukan net sell sebesar Rp47,5 miliar, sehingga year to date asing membukukan net sell sebesar Rp1.279,2 miliar. Hampir semua sektor mengalami kenaikan, kecuali sektor pertanian, pertambangan dan miscellaneous industry. Nilai tukar Rupiah ditutup menguat Rp75 ke level Rp13.835 per Dolar AS. NDF 1M menguat Rp32 ke level Rp13.926. Persepsi risiko turun, CDS spread valas 5Y turun 7 bps ke level 240. (*)

Related Posts

News Update

Top News