Jakarta– Guna menghadapi revolusi teknologi 4.0 yang sedang terjadi saat ini, industri jasa keuangan khususnya perbankan dinilai harus mempersiapkan infrastruktur digital miliknya guna terus memperbarui teknologi dan aplikasi miliknya.
Hal tersebut disampaian oleh Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja dalam paparannya pada acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2018. Jahja menilai, pada tren digital saat ini, perbankan harus siap merogoh dana yang cukup tinggi guna meningkatkan infrastruktur miliknya.
“Tentang teknologi ini tentu diperlukan dana dan spend luar biasa untuk kembangkan teknologi. Kita BCA saja bisa sampai Rp5,2 triliun tahun depan” kata Jahja di Fairmont Hotel Jakarta, Kamis 15 November 2018.
Jahja menyebut, dana sebsar Rp5,2 triliun tersebut masih sangat wajar guna terus memperbarui sistem aplikasi, penambahan jaringan dan transformasi digital secara keseluruhan.
Tak hanya itu, keamanan dan kenyamanan aplikasi dalam infrastruktur digital perbankan juga dinilai penting guna mengurangi resiko yang mungkin akan terjadi seiring berkembangnya teknologi.
Sebagai inormasi, BCA merupakan bank yang cukup pesat dalam pengembangan layanan digital miliknya. Paling baru, BCA baru saja meluncurkan layanan fitur transfer menggunakan quick response code (QR) ke sesama nasabah BCA melalui aplikasi mobile banking BCA dan SakuKu bertajuk QRku. Jahja berharap, seluruh layanan tersebut semakin membuat nasabah merasa aman dan nyaman untuk bertransaksi.(*)