Ekonomi Digital Berpotensi Dorong Pertumbuhan Ekonomi 2018

Ekonomi Digital Berpotensi Dorong Pertumbuhan Ekonomi 2018

Jakarta– Perkembangan ekonomi digital dinilai akan menjadi salah satu kontributor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2018. Selain itu, perkembangan ekonomi digital juga dinilai dapat menggenjot angka investasi di Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja pada acara “UOB Indonesia’s Economic Outlook 2018: Navigating Your Business in Uncharted Waters” di Hotel Shangri-La Jakarta, Selasa 14 November 2017.

“Tumbuhnya era ekonomi digital, ditambah dengan pertumbuhan kelas menengah, akan memberikan dorongan yang lebih kuat lagi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekonomi digital diperkirakan juga akan terus menjadi salah satu fokus Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan angka investasi ke depan,” ungkap Enrico pada acara “UOB Indonesia’s Economic Outlook 2018: Navigating Your Business in Uncharted Waters” di Hotel Shangri-La Jakarta, Selasa 14 November 2017.

Dirinya menilai, dengan populasi lebih dari 262 juta jiwa pada tahun 2016, dimana 51 persen atau 132,7 juta diantaranya adalah pengguna internet, 40 persen atau 106 juta adalah pengguna media sosial, dan 35 persen atau 92 juta adalah pengguna handphone aktif, Indonesia telah menjadi sebuah negara yang memiliki fondasi kuat untuk pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan.

Sementara Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengungkapkan, perkembangan ekonomi digital memiliki dua sisi pandangan yakni peluang dan tantangan yang harus dapat diantisipasi oleh pemerintah dan pelaku usaha.

“Mengenai e-Commerce dan ekonomi digital, saya kira seperti yang sudah diuraikan Presiden yakni memiki peluang dan tantangan. Peluang bagi start up yang diberi peluang untuk membuat platform baru dan aplikasi baru. Namun juga tantangan bagi dunia usaha dimana kita semua harus bisa ikuti perkembangan ekonomi yang  begitu dahsyat,” ungkap Thomas.

Thomas juga mengimbau bagi para pelaku usaha agar dapat mengubah lini bisnis usahanya ke sektor digital. Hal tersebut guna mengantisipasi pergeseran daya beli di masyarakat yang mengarah ke digital.

“Semua harus bisa digitalkan, seperti usaha kita dari segi keuangan, marketing, proses manufaktur, semuanya harus didigitalkan. Kalau tidak, kita bisa ketinggalan. Dengan pergeseran pola konsumsi, pola produksi, dan pola kerja. Ini yg sudah kita rasakan di 2017. Akan semakin dirasakan di 2018,” tambah Thomas.

Sebagai informasi, pada tahun 2016, Asosiasi e-Commerce Indonesia mencatat 24,74 juta orang Indonesia membeli produk secara online (e-commerce buyers) atau 9 persen dari total populasi. Pada tahun 2017, transaksi e-commerce diperkirakan akan meningkat sebesar 30 hingga 50 persen dari jumlah transaksi total sebesar USD5,6 juta di tahun 2016.

Diperkirakan, kontribusi e-commerce pada PDB sebesar 10 persen di tahun 2020 seiring dengan target untuk memposisikan Indonesia sebagai pusat e-commerce di ASEAN. Hal ini terdapat dalam peta jalan (road map) di paket kebijakan reformasi ekonomi no. 14 yang diluncurkan pada 10 November 2016.(*)

Related Posts

News Update

Top News