BNI Buka Pintu Sinergi BUMN-BPD‎

BNI Buka Pintu Sinergi BUMN-BPD‎

Jakarta–Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong sinergi antara bank BUMN dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagaimana yang ditetapkan dalam peta jalan Kementerian BUMN. Hal ini sejalan dengan pangsa pasar BPD yang terus menunjukkan penurunan hingga tahun lalu.

Menyikapi kondisi tersebut, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Rico Rizal Budidarmo menanggapi positif sinergi antara bank BUMN dengan BPD. Menurutnya, dengan ‎sinergi ini, maka BPD dapat lebih efisien, mengingat pangsa pasar BPD cenderung menurun lantaran persaingan.

“Yang penting selama layak, bisa meningkatkan nilai bank, bisa memperbaiki, bisa efisien, kalau dia berdiri sendiri kan mahal biayanya. Padahal harus ada penghematan,” ujar Rico di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa, 1 Maret 2016.

Dia mengaku, selama arahnya jelas, pihaknya membuka pintu lebar-lebar bagi BPD-BPD yang ingin melakukan sinergi dengan BNI. Dengan begitu, bank BUMN dan BPD bisa saling berkontribusi satu sama lain, sehingga diharapkan pangsa pasar BPD dapat meningkat.

“Selama ada yang mau yaa gak papa. Bersama-sama kita jual produk gak papa. Minimal kita bisa kontribusi di BPD, yang penting bisa memaksimalkan manfaat, kan lebih baik,” tukasnya.

Namun, kata dia, sampai saat ini belum ada BPD yang ingin besinergi sesuai dengan peta jalan Kementerian BUMN tersebut. Padahal, dengan bersinergi, BPD akan mendapatkan binaan langsung dari bank BUMN sehingga dalam kedepannya BPD dapat mengelola keuangannya lebih baik.

“Belom ada yang diincar. Masih nunggu OJK, karena bank-bank BPD kan punya kekuatan, masing-masing punya sumber dana maupun bisnis, bisnisnya kebanyakan konsumer, kalau melakukan perluasan disana saya rasa berpotensi,” ucap Rico.

Sebelumnya Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad pernah mengatakan, pangsa pasar BPD memang cenderung terjadi penurunan karena persaingan. Menurutnya, selama ini BPD kurang diberdayakan sehingga penurunan pangsa pasar tersebut terus terjadi.

“Memang faktanya seperti itu, relatif cenderung turun, kurang lebih sekitar 9%-10% dari total market share perbankan nasional,” ujarnya.

Sedangkan untuk meningkatkan pangsa pasar BPD tersebut, kata Muliaman, perlu ada revitalisasi BPD. Selain program transformasi yang dicanangkan OJK pada tahun lalu, juga diperlukan sinergi antara bank-bank BUMN dengan BPD tersebut.

Lebih lanjut Muliaman mengungkapkan, bank-bank BUMN perlu membantu BPD di seluruh Indonesia. Apalagi, bank-bank BUMN dinilai telah memiliki jaringan hingga ke daerah dan diyakini bisa melakukan sinergi yang lebih besar.

Dengan sinergi ini, diharapkan akan ada kerja sama teknis, pengembangan sumber daya manusia, transfer teknologi, serta akses keuangan dari bank BUMN kepada BPD tersebut. “Menurut saya akan jadi nilai tambah yang loncatannya semakin besar,” paparnya.

Sementara berdasarkan Data statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dikeluarkan OJK per Desember 2015, aset BPD) tercatat sebesar Rp475,69 triliun atau hanya 7,76% dari total aset perbankan nasional yang sebesar Rp6.132,58 triliun.

Meski aset BPD terus mengalami pertumbuhan, namun pangsa pasar justru mengalami penurunan. Pada 2012, pangsa pasar BPD tercatat sebesar 8,58% dari total perbankan nasional. Lalu di tahun berikutnya, pangsa pasar BPD terlihat menurun menjadi 7,87% dan pada 2014 pangsa perbankan BPD menjadi 7,84%. (*) Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News