Jakarta — Upaya pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) dari etinitas induk (spin off) bukan hal mudah. Banyak hal yang harus disiapkan secara matang sebelum melakukan spin off. Salah satunya adalah masalah permodalan. Permodalan merupakan faktor penting agar anak usaha yang di lepas mampu bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat.
Salah satu Bank yang concern terhadap hal tersebut adalah CIMB Niaga Syariah. Unit Usaha Syariah ( UUS) dari PT CIMB Niaga tbk tersebut menargetkan total aset mencapai Rp50 triliun dan modal inti minimal Rp5 triliun (BUKU 3) sebelum melakukan spin off pada 2022.
“Kita mau punya aset minimum Rp50-60 triliun. Yang ke dua, pada waktu kita spin off kita ingin memiliki service level agreement yang sama antara konvensional dengan syariah. Saat ini induknya CIMB NIAGA berada di kelompok bank buku 4. Artinya kita ingin memiliki service level yang sama atau minimal bank buku 3”, ujar Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara, Senin (20/8) di Jakarta.
Baca juga: Kembangkan Digital, CIMB Niaga Syariah Optimalkan e-Salaam
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri memberikan persyaratan untuk melakukan spin off dengan menyetorkan modal Rp1 triliun. Namun sebagai bentuk insentif, OJK mensyaratkan permodalan minimum sebesar Rp500 miliar.
Hingga Juni 2018 total aset CIMB Niaga Syariah mencapai Rp24,4 triliun atau meningkat 57,3 persen secara tahunan. Sementara dari sisi laba CIMB Syariah berhasil mencatatkan keuntungan sebesar Rp1,7 triliun atau meningkat 28,1 persen dari perolehan tahun sebelumnya yang Rp1,3 triliun.
Pandji menambahkan untuk bisa spin off sesuai dengan target, CIMB Syariah akan memaksimalkan leveraging dengan perusahaan induk. Dengan kata lain, aktifitas-aktifitas yang dilakukan CIMB Syariah harus beriringan dan melengkapi induknya yang konvensional. Misal dari sisi resiko. egitu pula dari sisi produk dan channel, produk-produk syariah juga harus dijual di cabang-cabang konvensional.
“Untuk mendukung hal tersebut yang paling penting harus didukung oleh training dan sharing of knowledge ke seluruh staf konvensional”, ujar Pandji. (Dicky F Maulana)