Jakarta – Bisnis kendaraan bermotor di Indonesia tengah menghadapi tantangan berat akibat melemahnya daya beli masyarakat, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti potensi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang bertahan di level 6,00 persen. Kondisi ini turut memengaruhi sektor asuransi kendaraan bermotor.
Akibatnya, sejumlah sektor lain, seperti asuransi kendaraan bermotor, ikut terdampak. Presiden Direktur PT Zurich General Takaful Indonesia, Hilman Simanjuntak, mengakui bahwa tekanan yang dialami industri otomotif berdampak langsung pada pertumbuhan asuransi kendaraan bermotor.
“Kita semua aware bahwa industri otomotif saat ini sedang mengalami tekanan. Sehingga, ini juga mempengaruhi pada akhirnya pertumbuhan industri asuransi umum, baik itu asuransi konvensional maupun asuransi syariah,” ujar Hilman, Senin, 25 November 2024.
Baca juga: Zurich Indonesia Catatkan Kinerja Positif hingga Oktober 2024
Namun, Zurich Indonesia tetap mencatatkan kinerja positif di tengah situasi ini. Dari portofolio asuransi umum, yang 50 persen di antaranya berasal dari kendaraan bermotor, perusahaan asal Swiss ini mencatat pertumbuhan premi bruto sebesar 4 persen secara year on year (yoy).
Bahkan, jika mengacu ke pertumbuhan asuransi umum konvensional dan asuransi umum syariah, Zurich Indonesia mampu mencatat pertumbuhan premi bruto masing-masing di angka 17 persen dan 15 persen.
Menurut Hilman, pertumbuhan ini masih bisa dicapai dengan komitmen dalam pelayanan nasabah. Pihaknya melakukan sejumlah inisiatif bisnis baru guna mempertahankan nasabah mereka. Misalnya, dengan melakukan up selling atau cross-selling produk-produk yang tengah diincar nasabah.
“Produk-produk perjalanan atau travel itu juga kita terus tingkatkan. Kemudian, produk-produk mikro itu juga bisa menjadi tambahan pertumbuhan di Zurich Indonesia, untuk melengkapi apa yang dialami di produk asuransi kendaraan dan motor,” jelas Hilman.
Baca juga: Intip Strategi Zurich Topas Life Pacu Pertumbuhan Bisnis
Sementara itu, Edhi Tjahja Negara, Country Manager Zurich Indonesia sekaligus Presiden Direktur PT Zurich Asuransi Indonesia Tbk, optimistis bahwa pasar otomotif dalam negeri akan membaik pada 2025.
Ada beberapa faktor yang menjadi landasan optimisme ini. Yang pertama adalah fakta bahwa Indonesia sudah melewati tahun politik. Ini, menurut Edhi, akan membuat kinerja perusahaan lebih moncer dibanding tahun ini.
“Yang kedua, kita juga melihat bahwa tingkat suku bunga juga tidak akan lebih tinggi. Bahkan, ada kecenderungan bahwa tingkat suku bunga secara global maupun secara akan lebih rendah. Ini tentunya akan mendukung penjualan otomotif lebih mudah,” papar Edhi.
Baca juga: IHSG Sesi I Ditutup Melesat 1,50 Persen, Tembus Level 7.303
Terakhir, Edhi menyorot pasar electronic vehicle (EV) yang semakin besar di Indonesia. Penetrasinya sudah semakin mendalam, terlihat dari beberapa merk baru yang muncul, dengan harga yang terjangkau.
“Jadi, sekalipun ada dampak dari PPN, TPL, atau lainnya, tiga faktor positif itu akan mendorong pertumbuhan yang lebih baik dibanding tahun ini,” tutup Edhi. (*) Mohammad Adrianto Sukarso
Jakarta - PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai Central Counterparty Pasar Uang dan Valuta… Read More
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI melalui aplikasi wondr by BNI… Read More
Jakarta – Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) menolak rencana pemerintah menaikkan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 25 November 2024, ditutup… Read More
Jakarta - Universal BPR adalah contoh nyata bagaimana bisnis keluarga dapat berkembang dan beradaptasi dengan… Read More
Jakarta - Pemerintah resmi membebaskan biaya Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Persetujuan… Read More