Jakarta – Jika ada bankir yang pernah membuat “repot” pejabat Bank Indonesia (BI), mungkin Wymbo Widjaksono salah satunya. Itu terjadi demi mempertahankan reputasi dan keyakinannya.
Kejadiannya sudah lama. Tahun 1986. Waktu itu, Wymbo bekerja sebagai Kepala Wilayah Bank Bumi Arta Indonesia di Solo. Mungkin karena persaingan bisnis, ada surat kaleng yang mendiskreditkan Wymbo masuk ke BI.
Karena surat kaleng tersebut, posisi Wymbo jadi sulit. “Saya dilarang bekerja di bank, apalagi memegang jabatan. Padahal, perbankan adalah hidup saya,” ungkap Wymbo yang mengawali karier sebagai bankir di Bank Surakarta MAI tahun 1966.
Karena merasa tak seperti yang dituduhkan dalam surat kaleng bahwa dirinya bersaing secara tidak sehat, Wymbo melakukan perlawanan. Dia tak mau menerima begitu saja demi menjaga nama baik dan keyakinannya.
Sejak tahun 1986 dia berusaha memperjuangkan keyakinannya itu. Berulangkali dia berkirim surat ke BI, bahkan datang langsung ke kantor BI di Jakarta. Sampai tahun 1988 permasalahannya belum menemukan titik terang.
Dengan memanfaatkan jaringan koleganya yang luas, Wymbo berhasil bertemu langsung dengan pejabat BI yang bertugas melakukan pengawasan perbankan. “Beliau Pak Ibrahim Zarkasi, Kepala Pengawasan Perbankan Swasta Bank Indonesia,” ujar Wymbo.
Ketika dikonfirmasi, Ibrahim Zarkasi membenarkan jika pernah bertemu Wymbo dan mencoba mengurai permasalahan yang membelit bankir kelahiran Solo, 12 April 1946 itu.
“Pertama kali ketemu Wymbo, saya melihat dia bankir yang unik dan gigih. Saya sampai puyeng menghadapinya,” ucap Ibrahim Zarkasi.
Bisa dibilang, Wymbo memang bankir unik. Dia pernah melepas jabatan sebagai direktur di Tamara Commercial Bank, demi keyakinannya, dan menjadi jobless, sebelum ditarik menjadi Kepala Wilayah Bank Bumi Arta Indonesia di Solo.
“Saya bekerja bukan untuk mengejar jabatan. Tapi melakukan yang terbaik, dimana pun saya ditugaskan,” ungkap Wymbo.
Prinsip itulah yang membuat Wymbo gigih memperjuangkan keyakinannya. “Dia memang gigih. Saya melihnya dia punya bakat dan potensi,” kata Ibrahim.
Di tengah proses mediasi dengan Ibrahim itulah, “jalan Tuhan” terbuka lebar untuk Wymbo. Saat itu, masuk bulan Oktober 1988, muncul Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88) yang membuka peluang bagi investor untuk membuka bank dengan modal relatif kecil.
“Akhirnya, kami sarankan Wymbo bukan bank baru saja, daripada ngotot bertahan di bank sebelumnya. Ini jalan Tuhan,” tukas Ibrahim.
Wymbo langsung merespon tawaran Ibrahim tersebut dengan mengajukan pendirian 3 BPR (Bank Perkreditan Rakyat). “Karena kan ndak bisa buka cabang, jadi langsung mengajukan 3 perizinan,” kata Wymbo.
Setelah mengecek kelayakan, BI pun langsung mengeluarkan izin pendirian 3 BPR untuk Wymbo. Dari situlah, Wymbo berhasil membangun imperium bisnisnya: BPR Insani Group.
“Saya turut senang melihat dia berhasil. Gedung banknya megah di Solo. Dia memang punya bakat,” ujar Ibrahim.
Pengalaman Wymbo selama 56 tahun berkarier di industri perbankan, khususnya di BPR, itulah yang kemudian diabadikan dalam sebuah buku biografi yang diterbitkan oleh Infobank Publishing: Kepeloporan dan Keteladanan Bankir Wymbo Widjaksono.
Di buku setebal 224 halaman yang dilaunching pada Jumat, 17 Juni 2022, di Hotel Discovery Ancol, Jakarta itu berisi perjalanan hidup, karier, pengalaman, dan pemikiran Wymbo dalam menakhodai grup bisnisnya.
“Ini legacy yang luar biasa untuk industri perbankan, khususnya industri Bank Perekreditan Rakyat,” ujar Eko B. Supriyanto, Chairman The Finance.
Saat launching yang diawali dengan seminar “Potensi dan Peluang BPR Go Public dan Tren Go Digital” itu menghadirkan narasumber antara lain Didik Madiyono, Anggota Dewan Komisioner LPS; Ayahandayani, Direktur Penelitian dan Pengaturan BPR OJK; Dr. H. Musthofa, Anggota Komisi XI DPR RI; Joko Suyanto Ketua Umum Perbarindo; Edwin Sebayang, Direktur MNC Aset Management; dan Eko B. Supriyanto, Chairman The Finance, serta dipandu oleh Rully Ferdian, Direktur Infobank Institute.
“Saya yakini, kenapa seorang Wymbo bisa sukses, karena dia memiliki integritas dan reputasi yang sangat baik,” ujar Joko Suyanto, Ketua Umum Perbarindo. (*) DW