Jakarta – Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Padahal, sejumlah persiapan sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir dan anggaran yang telah dikeluarkan pemerintah pun tak sedikit.
Total anggaran pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 yang telah dikeluarkan pemerintah mencapai Rp1,2 triliun. Di mana porsi terbesar adalah untuk merevitalisasi stadion yang tersebar di enam provinsi tuan rumah penyelenggara dan lapangan latihan. Tak hanya itu, potensi ekonomi berupa keuntungan dari penyelenggaraan Piala Dunia U-20 pun ikut sirna.
Seperti dijelaskan Kepala Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan INDEF Rizal Taufikurahman, berdasarkan perhitungan dampak ekonomi melalui event internasional yang sebelumnya sudah pernah dilakukan Indonesia, seperti MotoGP, Formula E, dan Asian Games, terdapat dampak langsung yang terjadi akibat pembatalan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
“Kita lihat dampak langsungnya, misal dari investasi infrastruktur Piala Dunia U-20 dari berbagai sektor, saya kira utamanya Kementerian Olahraga, PUPR untuk merevitalisasi stadion,” kata Rizal dikutip, Senin, 10 April 2023.
Lalu, kata dia, dampak langsung tersebut bisa lihat dari sisi operasional penyelenggaraan. Bagaimana pengeluaran pemerintah untuk persiapan tim, latihan persahabatan, dan penyelenggaraan acara. Ada juga dari pengeluaran pengunjung.
“Piala Dunia U-20 ini kita lihat dari wisman (wisatawan mancanegara), kira-kira wisman yang bisa datang ke Indonesia itu berapa, dan kita mencoba menggunakan basis data dari penyelenggaraan U-20 di Finlandia yang terakhir sekitar hampir 300 ribu orang,” ujar Rizal.
Rizal menyebut, ada juga dampak tidak langsung dari pembatalan tersebut. Dari segi investasi, misalnya. Investasi yang masuk ke Indonesia dinilai dapat memberikan perputaran ekonomi yang berarti.
“Tentu ini kita masih analisis jangka pendek dalam sistem ekonomi. Jadi, yang kami simulasi investasi terkait dengan kontruksi di enam stadion, hingga penyelenggaraan di setiap provinsi,” ungkapnya.
Sementara, jika dilihat dari sisi makro ekonomi nasional, sudah dipastikan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 memberikan dampak yang sangat positif. Terutama terhadap PDB nasional, inflasi, rasio investasi, GNE riil nasional, dan termasuk konsumsi masyarakat.
“Kalau menggunakan data aktual berdasarkan nilai GDP nasional, kira-kira dampak ekonominya sebesar Rp3,5 triliun. Ini belum dihitung dari dampak langsungnya. Kita coba estimasi dari event-event internasional, angkanya cukup signifikan,” katanya.
Adapun rinciannya mencakup UMKM yang mencapai Rp500 miliar, infrastruktur Rp175 miliar, penyelenggaraan Rp600 miliar, wisatawan lokal (wislok) Rp56 miliar, dan wisman Rp120 miliar.
Kepala Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF Ahmad Heri Firdaus mengatakan, bahwa setiap tuan rumah dari event olahraga internasional bisa dipastikan dapat meraup keuntungan secara ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
“Terakhir, dari Qatar berhasil meraup keuntungan hingga Rp117 triliun karena Piala Dunia 2022 lalu. Ini keuntungan fantastis. Jumlah tersebut melebihi APBD beberapa provinsi di Indonesia,”ungkapnya.
Dia melanjutkan, menarik data dari tiga penyelenggaraan Piala Dunia U-20 sebelumnya, secara konsisten event ini mampu menghadirkan penonton dengan rata-rata 400 ribu orang.
“Kalau satu orang saja mengeluarkan 5 juta aja, untuk beli tiket, hotel, makan, dan lain-lain, dari sini aja perputaran uangnya sampai miliaran. Jadi, dampak multiplier-nya sangat luas,” ujarnya.
INDEF menghitung dana yang langsung beredar dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-20 melalui sejumlah pos pengeluaran. Di antaranya ada belanja infrastruktur sebesar Rp325 miliar dan biaya penyelenggaraan dan persiapan teknis Rp500 miliar.
Di luar angka itu, INDEF mengasumsikan munculnya pengeluaran dari 23 tim peserta untuk berbagai keperluan mereka di Indonesia mencapai Rp27,6 miliar. Sementara, belanja penonton selama pertandingan berlangsung dalam 52 kali bertanding diasumsikan sebesar Rp212,6 miliar.
Ada juga perhitungan pendapatan melalui biaya berlangganan streaming yang diperkirakan mencapai Rp250 miliar. “Dari beberapa item pengeluaran ini, secara langsung akan menimbulkan perputaran uang sebesar Rp1,13 triliun,” kata Heri.
Sementara, jika dilihat dari sisi penyelenggara yang tersebar di enam provinsi, yakni Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, dampak potensi ekonominya terhadap PDRB bisa mencapai Rp1,9 triliun. Sedangkan secara nasional, dampaknya mencapai Rp3,36 triliun.
“Artinya, semua provinsi sebenarnya mengalami dampak positif. Ada Rp1,4 triliunnya dinikmati oleh provinsi lain yang bukan tuan rumah dari penyelenggaraan Piala Dunia U-20,”ujar Heri.
Sementara, Ahmad Tauhid, Direktur INDEF mengatakan, loss opportunity yang besar ini menandakan bahwa sepak bola bukan sekadar olahraga, hobi ataupun tontonan semata, tapi juga aktivitas ekonomi yang luar biasa. Karena banyak hal yang terlibat dalam penyelenggaraan tersebut.
“Terlepas dari permasalahan gagalnya jadi tuan rumah Piala Dunia U-20, kita berharap ada kesempatan kedua yang diberikan FIFA kepada Indonesia sebagai tuan rumah,” tutupnya.(*)