Jakarta – Namanya singkat. Bahkan, sangat singkat: Rokidi. Single name. Tapi, perjalanan hidup dan kariernya tak sesingkat namanya.
Setidaknya, sudah tiga dasa warsa Rokidi mengukir kariernya di industri perbankan. Di bank kebanggaan masyarakat Kalimantan Barat (Kalbar) atau Bank Kalbar.
Bukan perjalanan mudah bagi pria kelahiran Indramayu, 29 April 1966, itu untuk sampai pada posisi puncak di Bank Kalbar sebagai Direktur Utama. Bahkan, nyaris mustahil, jika melihat posisi awal Rokidi ketika masuk kali pertama ke Bank Kalbar pada tahun 1991.
“Saya masuk sebagai sopir,” ungkap Rokidi, S.E., M.M., kepada Infobanknews, bulan lalu.
Ya, sopir. Bahkan sopir kontrak. Di kantor cabang Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi. Tak banyak pilihan bagi Rokidi yang hanya bermodal ijazah SMA.
Waktu itu hanya ada dua pilihan, mau jadi sopir atau satpam. Dia memilih yang pertama, karena dinilai lebih fleksibel dan leluasa, bisa pergi ke mana-mana.
Dengan status karyawan kontrak, Rokidi digaji harian. Lebih tepatnya upah. Upah harian. Per hari Rp2.500,-. Sebagai pembanding, saat itu harga satu bungkus nasi padang dengan lauk ayam di Nanga Pinoh Rp2.000,- dan dengan lauk telor Rp1.500,-.
Bayangkan, dengan upah sekecil itu, di pedalaman Kalimantan, bagaimana membaginya untuk memenuhi kebutuhan lain? Bagaimana pula dia bisa merangkak naik hingga menjadi orang nomor satu di Bank Kalbar?
Di Majalah Infobank edisi Februari 2023, Rokidi membuka semua rahasianya hingga bisa menjadi Dirut Bank Kalbar. Dapat edisinya melalui Infobankstore.com. (*) DW