Mengapa? Riyanto berpendapat karena populasi dan kemampuan ekonomi masyarakat muslim dunia besar. “Konsumsi 6 sektor industri halal sampai USD1,9 miliar pada 2015,” ungkapnya.
Kebutuhan utama untuk mendukung pengembangan wisata halal menurut Riyanto adalah tersedianya makanan dan minuman yang halal. Kemudian fasilitas air untuk bersuci dan fasilitas rumah ibadah. Indonesia sendiri memiliki keunggulan dibanding negara-negara lain dengan telah tersedianya faktor-faktor penting tersebut.
Baca juga: 2017, Momentum Pertumbuhan Keuangan Syariah
Sementara terkait dengan pengembangan wisata halal di Indonesia sendiri, ia dan Tim Percepatan Wisata Halal punya beberapa program. Tiga program utama yang diusung adalah penyiapan tenaga penjual dan pembuatan paket wisata halal unggulan, lalu branding, kegiatan hubungan masyarakat dan promosi, pun penggunaan media digital untuk turisme dalam mendorong penjualan secara langsung yang lebih agresif.
“Pariwisata halal sudah bukan lagi ceruk pasar tapi pasar utama. Makanya banyak negara-negara nonmuslim menyasar wisatawan muslim,” imbuhnya. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More