Jakarta – William Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa berhasil memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) Taiwan, pada Sabtu (13/1).
Ia sendiri bersaing dengan dua kandidat lain dalam pemilihan presiden, yaitu Hou Yu-ih dari kubu konservatif Kuomintang (KMT) dan mantan Wali Kota Taipei Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan (TPP), yang baru didirikan pada tahun 2019.
Dengan penghitungan suara dari semua TPS pada hari Sabtu, Komisi Pemilihan Umum Pusat mengatakan Lai menang dengan 40,1 persen, lebih tinggi dari Hou yang meraih 33,5 persen.
Hou mengakui kekalahan dan mengucapkan selamat kepada Lai atas kemenangannya. Ia juga meminta maaf kepada pendukung KMT karena tidak bisa mencopot DPP. Ko pun mengakui kekalahan.
Sementara, Lai mengucapkan terima kasih kepada rakyat Taiwan. Dia berjanji akan berpihak pada demokrasi.
“Saya ingin berterima kasih kepada rakyat Taiwan karena telah menulis babak baru dalam demokrasi kita,” kata Lai dalam pidato kemenangannya dikutip Al Jazeera, Minggu, 14 Januari 2024.
Baca juga: Mengenal Gabriel Attal, Perdana Menteri Prancis Termuda dengan Sederet Kontroversinya
“Kami mengatakan kepada komunitas internasional bahwa antara demokrasi dan otoritarianisme, kami akan berpihak pada demokrasi,” tambahnya.
Atas kemenangan tersebut, Lai mengharapkan kembalinya pertukaran yang sehat dan tertib dengan Tiongkok dan menegaskan kembali keinginannya untuk melakukan pembicaraan berdasarkan martabat dan kesetaraan.
Sebagaimana diketahui, China menganggap pesta demokrasi tersebut sebagai pilihan antara perang dan perdamaian. Hubungan kedua negara tersebut kurang harmonis.
Menanggapi kemenangan Lai, Juru Bicara Kantor Urusan Taiwan di Beijing, Chen Binhua mengatakan bahwa Taiwan masih menjadi bagian dari Tiongkok.
“Sikap kami dalam menyelesaikan permasalahan Taiwan dan mewujudkan ‘reunifikasi’ nasional tetap konsisten, dan tekad kami sekuat batu,” katanya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara Xinhua
Pernyataan itu mengatakan Tiongkok akan mematuhi prinsip satu Tiongkok dan dengan tegas menentang kegiatan separatis yang bertujuan untuk kemerdekaan Taiwan serta campur tangan asing.
Pemilihan umum di Taiwan mempunyai arti yang sangat penting karena status politik wilayah tersebut yang disengketakan. Meskipun mempunyai pemerintahan sendiri sejak tahun 1940an, Tiongkok masih mengklaim pulau tersebut dan wilayah sekitarnya dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai ambisinya.
Menjelang pemilu, Tiongkok mengecam Lai sebagai seorang separatis yang berbahaya. Menurutnya, Lai akan menjadi ancaman bagi perdamaian di wilayah tersebut jika menang, dan menyebut pemilu tersebut sebagai pilihan antara “perdamaian dan perang”.
Baca juga: Menlu China Bakal Berkunjung ke PBB Pekan Depan, Mau Bahas Apa?
Dalam pidato kemenangannya, Lai mengatakan pulau dengan pemerintahan mandiri itu telah berhasil menggagalkan upaya untuk mempengaruhi pemungutan suara, yang tampaknya merupakan sebuah pukulan terhadap Tiongkok.
“Rakyat Taiwan telah berhasil menolak upaya kekuatan eksternal untuk mempengaruhi pemilu ini,” katanya.
Lai menegaskan, dia berkomitmen terhadap perdamaian dan terbuka terhadap keterlibatan bersyarat dengan Beijing, sekaligus meningkatkan pertahanan pulau tersebut.
Jakarta - Romy Wijayanto, Direktur Keuangan & Strategi Bank DKI menerima penghargaan sebagai Most Popular… Read More
Jakarta - Kementerian Koperasi (Kemenkop) menegaskan peran strategis koperasi, khususnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), dalam… Read More
Jakarta – Optimisme para pelaku usaha di Inggris terhadap ekonomi di Tanah Air masih solid.… Read More
Jakarta – Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) baru saja menghelat Securities Crowdfunding Day 2024.… Read More
Jakarta - Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap.… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/11) ditutup… Read More