Jakarta – Seluruh layanan rumah sakit di Gaza, Palestina berhenti beroperasi sebagai dampak gempuran Israel dalam menghancurkan militan Hamas.
“Hampir semua tempat tidur rumah sakit dan semua layanan rumah sakit telah berhenti berfungsi, baik karena fasilitas itu sendiri telah terdampak, atau karena staf terpaksa mengungsi, atau karena kehabisan listrik, atau kehabisan persediaan medis dan atau staf tidak dapat mengaksesnya,” ujar Koordinator Tim Medis Badan Kesehatan Dunia (WHO) Sean Casey dilansir VOA Indonesia, Kamis (28/12).
Ia sendiri menggambarkan suasana di RS Al-Aqsa begitu mencekam. Di mana, ketika para korban dalam jumlah signifikan tiba di rumah sakit tersebut setelah serangan udara Israel menghantam kamp pengungsi Maghazi pada Malam Natal.
Baca juga: Dampak Perang Hamas-Israel ke Ekonomi RI, Ini Pandangan Chatib Basri
“Kami mendengar tentang banyaknya korban yang tiba di RS Al-Aqsa. Dan apa yang kami temukan ketika kami tiba di sana adalah ada lebih dari 100 pasien yang dibawa masuk dengan luka-luka serius dalam waktu yang sangat singkat, dalam waktu sekitar 30 menit,” bebernya.
Saat ini, kata dia, tidak ada tempat yang benar-benar aman di Gaza. Sebab, pasukan Israel terus memperluas operasi militer untuk menghancurkan Hamas.
“Dan tadi malam, kami mendengar suara pertempuran hampir sepanjang malam. Lalu siang hari ini masuk laporan banyak orang luka-luka dan dibawa ke rumah sakit di selatan,” jelasnya.
Imbasnya, banyak warga kehilangan tempat tinggal dan memilih menetap di kamp pengungsian. Dengan kondisi yang memprihantinkan. Bahkan, ada yang melarikan diri dari aksi kekerasan.
“Mereka tinggal di tempat penampungan yang terbuat dari terpal plastik, tepat di luar pintu bangunan ini,” tambahnya.
Lanjutnya, begitu banyaknya orang yang memerlukan penanganan darurat membuat mereka yang membutuhkan perawatan untuk penyakit-penyakit yang parah, tidak dapat ditangani.
Baca juga: Biadab! RS Indonesia di Gaza Diubah jadi Markas Pasukan Tentara Israel
“Semua penyakit tidak menular, pasien kanker, penderita diabetes, penderita jantung, dan kondisi lainnya, mereka tidak dapat mengakses layanan di sebagian besar Jalur Gaza saat ini. Rumah sakit benar-benar kewalahan. Dan apa yang kami dengar di Aqsa kemarin, mereka kekurangan ahli bedah,” ungkap Casey.
Bahkan kata dia, mereka tidak memiliki cukup ruang operasi, tidak ada ruang di rumah sakit untuk menampung jumlah pasien yang datang.
“Dan jelas ketika ada banyak orang yang berada di ambang kematian yang membutuhkan perawatan untuk menyelamatkan nyawa, mereka akan diprioritaskan,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama