Waspada! Bos BI Bilang Suku Bunga The Fed Bisa Naik 2 Kali Lipat Bulan Depan

Waspada! Bos BI Bilang Suku Bunga The Fed Bisa Naik 2 Kali Lipat Bulan Depan

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memprediksi bahwa suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR) akan semakin terbang tinggi. Dia memperkirakan suku bunga The Fed akan naik hingga 50 bps lagi pada September 2023.

Perry mengungkapkan terdapat potensi untuk suku bunga The Fed naikan FFR hingga dua kali lipat dengan basline 25 bps.

“AS yang kami perkirakan September ini masih akan menaikkan FFR, bahkan juga ada probabilitas akan naik dua kali lipat, tapi baseline kami satu kali. Namun, ada potensi risiko dua kali, karena Inflasi masih tinggi dan ekonomi itu kuat,” ungkap Perry dalam Press Conference RDG, Kamis 24 Agustus 2023.

Baca juga: Gara-Gara Ini The Fed Bakal Makin ‘Ganas’ Kerek Suku Bunga hingga Akhir 2023

Artinya, pada pertemuan FOMC pada September 2023 ada kemungkinan BI menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps atua menjadi 5,75 persen – 6,25 persen.

Di mana sebelumnya pada Juli 2023 The Fed telah menaikan suku bunganya sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen – 5,50 persen.

Dia pun menjelaskan bahwa kenaikan tersebut disebabkan karena adanya potensi risiko dimana inflasi masih tinggi di Amerika Serikat (AS) yaitu 3,2 persen pada Juli 2023.

Selain itu, ekonomi dipengaruhi perekonomian yang kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat. Sedangkan, inflasi di negara berkembang telah menurun seperti indonesia yang berada di level 3,08 persen di Juli 2023.

Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) lebih baik dari prakiraan semula dipengaruhi konsumsi yang membaik ditopang kenaikan upah dan pemanfaatan tabungan yang tinggi (excess saving).

Baca juga: Tok! BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen

Sementara itu, tekanan inflasi negara maju masih tinggi dipengaruhi perekonomian yang kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat, sedangkan inflasi di negara berkembang telah menurun.

“Hal ini diprakirakan mendorong berlanjutnya kenaikan suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR) AS,” jelasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News