Jakarta – NielsenIQ sebagai perusahaan yang bergerak dalam pengukuran global dan analitik data, serta menjadi sumber paling tepercaya untuk intelijen ritel dan konsumen merilis hasil risetnya, yakni Nielsen Clicks tentang study consumer behavior yang dilakukan pada akhir 2023.
Riset tersebut mencakup sekitar 4.800 responden yang terdiri dari lima kota besar, yakni Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, dan Yogyakarta.
Managing Director NielsenIQ and GfK Indonesia, Adrie R. Suhadi, mengatakan bahwa, berdasarkan riset tersebut penjualan dari bisnis ritel secara online mengalami peningkatan hingga 37 persen menjadi Rp347 triliun dibandingkan tahun 2022.
“Kalau dilihat di sini, overall online business di sini dari klaimnya survei ini, adalah Rp347 triliun di tahun 2023. Itu naik 37 persen dibandingkan tahun sebelumnya 2022. Kalau tanpa transport online itu Rp340 triliun. Naiknya mirip ya,” ucap Adrie dalam sebuah webinar dikutip, 17 Juli 2024.
Baca juga: Ini Upaya Kemendag RI Dukung Peningkatan e-Commerce
Sementara jika dibandingkan dengan data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag RI) terkait ekonomi digital ASEAN yang nilainya mencapai USD82 miliar atau setara dengan sekitar Rp1.300 triliun, bisnis online ritel mendominasi sekitar seperempatnya, sehingga potensi pertumbuhannya masih cukup banyak.
Lalu, Adrie menjelaskan, dari hasil riset tersebut juga menunjukkan sektor yang paling berkontribusi dalam pertumbuhan bisnis online ritel, yakni dari sisi travel yang mencapai 40 persen di 2023 dari tahun 2022 sebanyak 19 persen.
“Sektor yang paling besar kontribusi secara valuenya, kita lihat yang di data di sebelah kanan, di online di tahun 2022, lalu ada di 2023 di tengah, itu travel yang paling besar. Namanya juga post-Covid, orang banyak berlibur,” imbuhnya.
Lalu, sektor kedua yang terbesar datang dari fashion sebanyak 17 persen di tahun 2023, di mana porsi tersebut naik dari 13 persen pada tahun sebelumnya.
“Masuk akal juga, tadi kan orang udah keluar rumah, udah mulai traveling gitu ya. Berlibur, mau gaya, mau baju baru. Jadi trennya naik juga,” ujar Adrie.
Baca juga: Adu Tingkat Kepuasan Platform E-Commerce RI, Siapa Pemenangnya?
Adapun, peningkatan porsi belanja online dari sisi travel dan fashion terbentuk dari kebiasaan masyarakat melakukan belanja online sejak masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020 yang lalu.
“Tahun 2020 itu kalau kita perhatikan juga merupakan tahun di mana ya istilahnya bakar duit dari e-commerce itu sudah mulai berkurang, free ongkirnya berkurang, cashbacknya, dan sebagainya itu sudah berkurang. Tapi behavior orang sudah terbentuk, bahwa belanja online merupakan alternatif yang menarik,” tambahnya. (*)
Editor: Galih Pratama