News Update

Wamenkeu Tekankan Pentingnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemerintah

Jakarta – Di tengah gejolak perekonomian global yang tengah terjadi, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sangatlah penting dalam mendorong sentimen positif perekonomian nasional. Kepercayaan masyarakat ini akan memberikan kekuatan tersendiri bagi perekonomian dalam menghadapi kondisi global.

Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo saat memberikan sambutan di Infobank Multifinance Awards, di Jakarta, Kamis, 6 September 2018 mengatakan, bahwa dalam mengelola pembangunan ekonomi nasional, ada tiga pilar yang harus diterapkan. Pertama adalah kebijakan fiskal, kedua kebijakan moneter dan terakhir stabilitas keuangan.

“Ada tiga pilar dalam pengelolaan pembangunan ekonomi. Kuncinya satu yaitu trust (kepercayaan). Jadi kita betul-betul harus memberikan kepercayaan kepada pemerintah,” ujarnya.

Dia menjelaskan, kebijakan fiskal sendiri merupakan wewenang Kementerian Keuangan yakni untuk mengelola keuangan negara, fiskal negara hingga memberikan stimulus fiskal. Oleh sebab itu, kata dia, dalam mengelola kebijakan fiskal ini harus hati-hati. Menurutnya, jika kebijakan fiskal dan moneter dipadukan akan memberikan kestabilan ekonomi.

Baca juga: OJK Pastikan Industri Perusahaan Pembiayaan Masih Sehat

“Kebijakan ini harus betul-betul bisa memberikan angin segar. Kemudian pilar ketiga adalah pasa‎r keuangan stablitas sistem keuangan, bagaimana kita bisa peneterasi di pasar,” ucap Mardiasmo.

Sementara berdasarkan survei yang dilakukan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menempatkan Indonesia pada peringkat pertama kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Peringkat itu diperoleh dibawah pemerintahan Jokowi. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah ini mencapai 80 persen di 2017, naik 28 persen dibanding 2007 silam yang hanya 52 persen.

Angka tersebut merupakan angka yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang tergabung dalam OECD, seperti Amerika Serikat (AS) yang hanya 30 persen, Inggris 31 persen, Jerman 55 persen, Perancis 28 persen, maupun negara-negara berkembang non OECD seperti India 73 persen, Brasil 26 persen, dan Afrika Selatan 48 persen. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

2 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

3 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

4 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

4 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

6 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

6 hours ago