Jakarta – Calon wakil presiden (cawapres) Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Tim Walz mempertanyakan kapabilitas calon presiden (capres) AS dari Partai Republik, Donald Trump, terkait krisis perang di Timur Tengah, dalam debat yang berlangsung pada Selasa, 1 Oktober 2024, di CBS Broadcast Center di New York.
Bahkan, Walz menyebut Trump terlalu bersikap tidak stabil di saat konflik di Timur Tengah sedang berlangsung.
Namun, lawannya, cawapres AS dari Partai Republik, JD Vance menanggapi dengan menegaskan bahwa Trump telah membuat dunia lebih aman selama masa jabatannya sejak 2017 hingga 2021.
Baca juga: Aksi Balas Dendam, Iran Luncurkan Ratusan Rudal ke Israel
Ketika ditanya apakah dirinya akan mendukung serangan lebih dulu oleh Israel terhadap Iran, Vance menyatakan akan menghormati keputusan Israel.
Sementara itu, Walz tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan lugas. Ia justru beralih mengkritik Trump karena membatalkan kesepakatan nuklir Iran.
“Iran lebih dekat ke senjata nuklir karena kepemimpinan Donald Trump yang tidak menentu,” katanya, dikutip VOA Indonesia, Kamis, 3 Oktober 2024.
Walz sendiri adalah gubernur negara bagian Minnesota berhaluan liberal yang seorang mantan guru SMA. Sedangkan Vance ialah penulis buku terlaris sekaligus senator AS.
Baca juga : Kutuk Serangan Israel ke Lebanon, Jokowi Minta PBB Ambil Tindakan Cepat
Keduanya, menggambarkan diri sebagai dua putra dari jantung Amerika di wilayah Midwest dengan pandangan yang sangat berlawanan tentang berbagai isu penting di negara tersebut.
Diketahui, konflik perang antara Israel dan Iran tengah memanas. Iran meluncurkan raturan rudal hipersonik Fattah 1 ke wilayah Israel, pada Selasa, 1 Oktober 2024, sebagai aksi ‘balas dendam’ atas pembunuhan pejabat senior Hizbullah, Hamas, dan Iran.
Serangan tersebut dilaporkan sempat membuat warga Israel berduyun-duyun menuju tempat perlindungan bom untuk menghindari bahaya.
Baca juga: Strategi Cawapres Vance dan Walz Jelang Debat Pilpres AS: Perhatian Khusus pada Isu Ekonomi-Aborsi
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan membalas serangan rentetan rudal yang dilakukan Iran.
“Iran telah membuat kesalahan besar malam ini dan akan membayarnya,” kata Netanyahu, pada Selasa malam waktu setempat. (*)
Editor: Yulian Saputra