Jakarta – PT MNC Vision Networks Tbk sedang dalam pembicaraan perihal menggabungkan Vision+, bisnis televisi streaming yang dikenal konsumen sebagai “Netflix Indonesia”, dengan perusahaan Special Purpose Acquisition Company (SPAC) Malacca Straits Acquisition Co.
Dilansir Bloomberg, Kamis (25/22021), menurut sumber yang mengetahui masalah ini, selain Vision+ yang dikenal sebagai layanan media over the top (OTT), MNC Play, penyedia broadband dan TV box Indonesia yang merupakan bagian dari MNC Vision Networks, juga akan diikutsertakan dalam transaksi tersebut.
“MNC yang dikendalikan oleh taipan Indonesia Hary Tanoesoedibjo, siap untuk memasukkan ekuitasnya ke dalam transaksi. Hal tersebut akan menjadikan MNC sebagai pemegang saham mayoritas dari entitas gabungan,” kata sumber tersebut, Kamis (25/2/2021).
Special Purpose Acquisition Company (SPAC) Malacca Straits telah memulai diskusi dengan sejumlah investor, termasuk Tiga Investments, perusahaan investasi milik Ray Zage saat mereka berupaya mengumpulkan US$50 juta atau lebih dalam ekuitas baru untuk menjadikan nilai perusahaan gabungan menjadi sekitar US$600 juta.
Transaksi kemungkinan diumumkan paling cepat bulan depan, tetapi karena belum ada kesepakatan apapun yang diselesaikan, mungkin persyaratan dapat berubah atau pembicaraan tersebut bisa gagal.
Perwakilan MNC, Malacca Straits dan Tiga menolak berkomentar.
Vision +, yang diluncurkan pada 2019, memiliki 1,6 juta pelanggan berbayar dan lebih dari 32 juta pengguna aktif bulanan, sedangkan MNC Play memiliki sekitar 300.000 pelanggan, menurut data MNC yang dirilis bulan ini.
Bisnis tersebut membukukan pendapatan kolektif sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi, atau Ebitda, dan pendapatan masing-masing sekitar US$ 46 juta dan US$ 77 juta pada 2020.
Angka-angka tersebut diproyeksikan tumbuh pada tingkat tahunan gabungan sebesar 39 persen dan 45 persen hingga 2025 menjadi US$ 293 juta dan US$ 400 juta berdasarkan basis pelanggan berbayar yang diharapkan sekitar 6,6 juta.
Angka-angka tersebut diproyeksikan tumbuh di tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun (compound annual rate) sebesar 39% dan 45% hingga 2025 menjadi masing-masing US$ 293 juta atau setara dengan Rp 4.1 triliun dan US$ 400 juta atau senilai Rp 5,6 triliun, apabila mengacu pada basis pelanggan berbayar yang diharapkan sekitar 6,6 juta.
Penetrasi video langganan on demand ke total populasi di Indonesia termasuk yang terendah di kawasan Asia Pasifik sebesar 2% pada tahun 2020, sesuai data MNC.
Menurut pihak MNC angka tersebut diharapkan bisa meningkat dari 5,1 juta pelanggan pada tahun 2020 menjadi 21,6 juta pada tahun 2025, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 33%.
Malacca Straits SPAC, yang dipimpin oleh CEO Kenneth Ng, memasukkan investor situasi khusus pan-Asia, Argyle Street Management Ltd. sebagai sponsor bersama. Pihaknya mengumpulkan sebesar USD144 juta pada awal Juli lalu untuk IPO-nya dan akan memfokuskan pencarian targetnya di kawasan Asia Tenggara.
SPAC merupakan sebuah perusahaan yang didirikan secara khusus untuk menggalang dana melalui IPO (penawaran saham perdana) dengan tujuan melakukan merger, akuisisi, atau pembelian saham perusahaan terhadap satu atau lebih perusahaan. (*)