Jakarta – Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menyebut sentimen untuk pasar saham Indonesia diperkirakan masih akan dinamis memasuki semester II 2025, setelah mengalami pesimisme pada awal tahun.
Di sisi lain, Investment Specialist MAMI, Dimas Ardhinugraha, mengatakan bahwa pasar saham saat ini bakal mendapatkan dukungan dari perbaikan sentimen di kuartal II, stabilitas nilai tukar rupiah, dan meredanya tekanan jual dari investor asing.
“Memang terlepas dari perubahan cepat sentimen pasar, sebenarnya valuasi pasar saham saat ini masih rendah, jadi sangat menarik sebagai entry point untuk investor,” ujar Dimas dalam risetnya dikutip, Jumat, 11 Juli 2025.
Baca juga: Di Balik Peluncuran Manulife PRIME, Ini Kata Bos Manulife
Sementara itu, momen harga saham yang rendah, menurut Dimas, bisa dimanfaatkan untuk menangkap peluang investasi jangka panjang, dengan alokasi yang disesuaikan pada profil risiko, tujuan dan horizon investasi masing-masing.
Meski demikian, valuasi yang rendah juga mencerminkan pandangan pasar yang masih menyimpan keraguan terhadap prospek jangka pendek saham Indonesia.
“Ke depan, berkurangnya ketidakpastian global dapat mengukuhkan outlook dan keyakinan investor terhadap pasar saham Indonesia, namun yang menjadi faktor terpenting adalah sinyal pemulihan pertumbuhan ekonomi domestik,” imbuhnya.
Konsumen dan Sektor Riil Belum Pulih Sepenuhnya
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 diperkirakan masih stagnan. Dampaknya terhadap sentimen pasar pun dinilai akan terbatas.
Adapun, hal itu didukung oleh beberapa indikator perekonomian Indonesia yang masih lesu, salah satunya adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei turun ke level terendah 117,5 sejak 2022, dan penurunan terjadi merata di semua segmen masyarakat, bukan hanya di segmen tertentu.
Baca juga: Sri Mulyani Irit Bicara Ditanya soal Keyakinan Konsumen yang Menurun 3 Bulan Beruntun
Kemudian, dari sisi produsen, indeks PMI manufaktur tiga bulan terakhir berada di zona kontraksi, terlihat pada April di level 46,7, Mei meningkat sedikit ke 47,4, dan pada Juni kembali turun ke 46,9.
Selain itu, pertumbuhan kredit pada Mei tercatat 8,1 persen year-on-year (YoY), dan Bank Indonesia (BI) melakukan revisi target pertumbuhan kredit tahun ini dari sebelumnya di kisaran 11-13 persen menjadi 8-11 persen saja. (*)
Editor: Yulian Saputra










