Jakarta – PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) menargetkan dapat segera merampungkan proses rencana akuisisi terhadap dua bank kecil di tahun ini. Perseroan mengaku, sejauh ini pihaknya terus berupaya agar rencana akuisisi dua bank kecil dapat terealisasi secepat mungkin.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, keoptimisan perseroan untuk merampungkan wacana akuisisi dua bank kecil di tahun ini sejalan dengan kondisi perbankan nasional yang tengah membaik. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan yang terus menunjukkan perbaikan.
“Dari sisi kondisi NPL bank juga sekarang sudah mulai menunjukkan perbaikan. NPL bank-bank sekarang sudah flat,” ujar Jahja di Jakarta, Kamis, 8 Maret 2018.
Asal tahu saja, rasio kredit bermasalah per Desember 2017 di level 2,55 persen (gross), sementara pada Januari 2018 naik ke level 2,86 persen. Meski NPL di Januari 2018 mengalami kenaikan, namun masih lebih rendah bila dibandingkan dengan posisi Januari tahun lalu yang tercatat mencapai 3,09 persen.
Jahja menyebut, kondisi perbankan nasional yang tengah mengalami perbaikan, dianggap menjadi momen yang pas untuk merealisasikan rencana akuisisi dua bank kecil di tahun ini. BCA sebelumnya merencanakan akuisisi ini dilakukan di semester II tahun lalu. Namun, rencana tersebut belum bisa dilakukan dan mundur di tahun ini.
Mundurnya wacana akuisisi dua bank kecil oleh BCA, lantaran disebabkan oleh kondisi perbankan nasional yang belum menunjukkan kejelasan di tahun lalu. Kendati demikian, dirinya memastikan, bahwa Bank milik Grup Djarum ini menargetkan bisa merealisasikan rencana akuisisi tersebut pada dua bulan ke depan di tahun ini.
Baca juga: BCA Salurkan Kredit Rp468 Triliun, Tumbuh 12,4%
“Dua bulan lagilah, nanti bisa ditanya lagi pas bulan April saja. Tapi mudah-mudahan tahun ini. Ibarat mau ngelamar orang gak bisa cepat-cepat. Bibit bebet bobot, harus dilihat. Diusahakan tahun ini benar-benar jadi kenyataan,” ucapnya.
Dirinya mengungkapkan, alasan BCA memilih bank kecil untuk diakuisisi yakni guna menghindari fluktuasi di pasar modal. Menurutnya, jika perseroan mengincar bank diatas kelompok BUKU II, maka dikhawatirkan bakal membuat kondisi pasar modal geger. Hal ini juga akan berdampak pada kondisi pasar keuangan nasional.
“Itu saya sudah sepakat. Karena kalo kita incar yang gede nanti capital market bisa geger, no comment pokoknya. Intinya, kalo ibarat orang nikah itu udah kebelet, karena sudah empat tahun ditahan. Waktu itu agak lama nahan biar betul-betul prosesnya kelihatan semua,” tegasnya.
BCA sendiri telah menganggarkan Rp4,5 triliun untuk merealisasikan akuisisi dua bank kecil ini. Dana tersebut berasal dari uang kas internal perusahaan. Terlebih, saat ini rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BCA masih tercatat sebesar 23,1 persen, atau jauh di atas batas minimal perbankan sebesar 8 persen.
Belakangan rumor yang beredar, ada dua bank yang akan diakuisisi oleh BCA yakni Bank Harda International Tbk dan Bank Victoria International Tbk. Namun demikian, dirinya belum bisa menyebutkan secara pasti nama-nama bank yang tengah diincarnya. “Saya bilang no comment, sampai nanti ada official resminya,” paparnya.
Di sisi lain, BCA harus membuat Perjanjian Kerahasiaan (Confidentiality Agreement) terlebih dulu, untuk pemberitahuan lebih lanjut terkait dengan akuisisi dua bank ini. Selanjutnya, BCA baru akan mengaudit bank yang akan dikuisisi. Setelah itu baru BCA akan mengumumkan aksi akuisisi ini.
Rencananya dua bank yang diakuisisi tersebut akan dilebur menjadi satu. Bank tersebut akan dijadikan second brand yang jenis bisnisnya berbeda dengan BCA. Segmen pasar bank hasil akuisisi ini diarahkan untuk kredit menengah ke bawah. Namun, dalam penyaluran kredit, bisa jadi bank hasil akuisisi ini akan lebih cepat prosesnya. (*)