Turunnya Harga Komoditas dan Harga Pangan Tekan Inflasi DKI Jadi 0,03%

Turunnya Harga Komoditas dan Harga Pangan Tekan Inflasi DKI Jadi 0,03%

Jakarta – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta mencatat, rendahnya harga beberapa komoditas di Ibu kota, terutama bahan makanan, menyebabkan tren penurunan inflasi Jakarta terus berlanjut, di mana pada Agustus 2018 inflasi DKI Jakarta tercatat sebesar 0,03 persen (mtm).

Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta, Trisno Nugroho mengatakan inflasi Agustus 2018 merupakan yang terendah dibandingkan dengan inflasi periode Agustus dalam tiga tahun terakhir, yang rata-rata sebesar 0,22 persen (mtm). Namun jika dibandingkan dengan nasional, inflasi Jakarta masih lebih tinggi. Pada Agustus 2018 inflasi nasional mengalami deflasi 0,05 persen (mtm).

Kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan di Jakarta mengalami inflasi, sementara nasional mencatat deflasi, menjadi salah satu sebab lebih tingginya inflasi di Jakarta dibandingkan dengan nasional. Dengan perkembangan ini, secara kumulatif, sejak awal 2018 hingga Agustus 2018, inflasi Jakarta baru mencapai 2,2 persen (ytd), atau 3,06 persen (yoy).

“Inflasi elatif masih terkendali dan masih selaras dengan target inflasi nasional tahun 2018 sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen,” ujar Trisno dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 3 September 2018.

Turunnya harga-harga komoditas dalam kelompok bahan pangan menjadi faktor utama lebih rendahnya inflasi Jakarta Agustus 2018 dibandingkan dengan Juli 2018. Indeks harga kelompok bahan pangan turun 1,26 persen (mtm). Deflasi terjadi pada sub-kelompok bumbu-bumbuan sebesar 3,33 persen (mtm), terutama didorong oleh penurunan harga komoditas bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit.

Pasokan yang berlimpah dibandingkan dengan permintaan yang ada menyebabkan komoditas-komoditas tersebut mengalami penurunan harga. Deflasi juga terjadi pada sub-kelompok daging dan hasil-hasilnya, yaitu sebesar 3,11 persem (mtm). Turunnya indeks harga sub-kelompok daging dan hasil-hasilnya, terutama disebabkan lebih rendahnya harga daging ayam ras dan daging sapi.

Baca juga: BPS Catat Deflasi 0,05% di Agustus 2018

Puncak panen peternak ayam ras di daerah sentra, terutama Jawa Tengah, pada minggu terakhir Juli 2018 menyebabkan meningkatnya pasokan daging ayam ras sepanjang Agustus 2018 ke Jakarta sehingga mampu merespons permintaan masyarakat. Sementara itu, relatif rendahnya permintaan daging sapi oleh masyarakat menjadi faktor penyebab turunnya harga daging sapi. Secara umum masyarakat Jakarta cenderung mengonsumsi daging ayam ras daripada daging sapi.

Konsumsi masyarakat akan cenderung ke daging ayam, ketika harga komoditas tersebut bergerak semakin rendah. Faktor lain yang menyebabkan turunnya indeks kelompok bahan pangan yaitu deflasi yang terjadi pada subkelompok telur, susu dan hasil-hasilnya, lemak dan minyak, serta buah-buahan. Masing-masing subkelompok tersebut mengalami deflasi sebesar, 2,14 persen, 097 persen, dan 0,13 persen (mtm)

Laju penurunan inflasi tertahan oleh kenaikan harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Pada Agustus 2018 kelompok tersebut mencatat inflasi sebesar 0,48 persen (mtm), sehingga memberikan kontribusi terhadap pembentukan inflasi IHK Agustus 2018 sebesar 0,11 persen. Inflasi yang terjadi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan indeks sub-kelompok Transpor sebesar 0,82 persen (mtm), yang disebabkan naiknya tarif angkutan udara.

Adanya long weekend terkait perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dan hari besar keagamaan Idul Adha, menjadi salah satu faktor yang mendorong meningkatnya permintaan jasa layanan transportasi udara, yang akhirnya mendorong naiknya tarif angkutan udara. Perhelatan Asian Games yang terjadi di Jakarta dan Palembang pada bulan Agustus ditengarai juga menjadi faktor pemicu meningkatnya tarif tiket pesawat, dari dan menuju kedua kota tersebut.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, juga menyumbang inflasi. Kelompok tersebut mencatat inflasi 0,34 persem (mtm). Inflasi terutama disumbang oleh sub-kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol, dengan inflasi sebesar 0,73 persen (mtm). Perhelatan Akbar Asian Games, yang banyak mendatangkan wisatawan asing, ikut mendongkrak konsumsi komoditas-komoditas yang masuk dalam sub-kelompok ini, di samping kenaikan bertahap harga rokok, akibat kenaikan cukai pada awal 2018.

Selanjutnya, kelompok pengeluaran yang juga berkontribusi menahan penurunan laju inflasi, yaitu kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar. Kelompok pengeluran tersebut mengalami inflasi sebesar 0,20 persen (mtm). Inflasi yang terjadi terutama disebabkan kenaikan indeks harga sub-kelompok perlengkapan perumahan sebesar 1,06 persen (mtm), yang didorong oleh meningkatnya harga sejumlah barang seperti kursi, lemari pakaian, dan kasur.

“Memerhatikan pola pergerakan harga-harga di pasar, inflasi Jakarta bulan September 2018 diperkirakan tetap terkendali. Risiko pasokan pangan, akibat kekeringan yang terjadi di beberapa daerah produksi, diperkirakan tidak memengaruhi secara signifikan pasokan beras untuk kebutuhan masyarakat Jakarta,” ucapnya.

Kekeringan tersebut telah diantisipasi oleh TPID Jakarta. TPID Jakarta, melalui BUMD pangan dan Bulog, sudah melakukan peningkatan stok pangan pada saat panen berlangsung dan melakukan pembelian di sentra produksi lain di luar Jawa yang masih mengalami panen. Risiko yang masih terus dicermati adalah kenaikan harga minyak internasional, terutama dampaknya terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi, dan avtur.

Bobot BBM nonsubsidi yang relatif kecil, sehingga dampak terhadap inflasi secara keseluruhan relatif terbatas. Di samping itu, harga-harga aneka bumbu kini dalam tren menurun, demikian pula harga telur ayam dan daging ayam ras. Sehingga inflasi dari kelompok pangan, yang mempunyai bobot cukup besar diperkirakan cukup terkendali dan akan berdampak pada terjaganya inflasi secara umum. (*)

Related Posts

News Update

Top News