Jakarta – PT Bank Maybank Indonesia membukukan laba bersih sebesar Rp1,06 triliun di kuartal III-2022. Angka tersebut terlihat menurun tipis bila dibandingkan dengan pencapaian laba bersih di tahun lalu pada periode yang sama yakni sebesar Rp1,08 triliun.
Dari sisi kredit, secara rinci, kredit segmen Global Banking telah mencatat pertumbuhan sebesar 25% menjadi Rp45,63 triliun dari Rp36,50 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Guna mendukung berbagai proyek pembangunan dan ekspansi bisnis, di antaranya, sektor infrastruktur, manufaktur, serta perdagangan global. Kredit segmen Community Financial Services (CFS) terdiri dari kredit Ritel dan Non-ritel tumbuh 5,7% menjadi Rp65,81 triliun dari Rp62,29 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kemudian, kredit segmen Retail Small and Medium Enterprises (RSME) tumbuh 5,7% menjadi Rp12,76 triliun dari Rp12,07 triliun. Sementara, bagi usaha segmen Small and Medium Enterprises dengan segmentasi plafon kredit lebih besar (atau disebut sebagai SME+ oleh Bank) tumbuh 1,3% menjadi Rp5,08 triliun dari Rp5,01 triliun seiring dengan aktivitas bisnis dan perdagangan yang kembali normal.
“Menguatnya penyaluran kredit seiring dengan perekonomian Indonesia yang terus membaik, meskipun dibayangi volatilitas pasar global,” ujar Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria Kamis, 27 Oktober 2022.
Seiring dengan aktivitas perdagangan serta bisnis yang terus bergerak naik pada kuartal-III 2022, telah mendorong permintaan akan pembiayaan, terutama bagi perusahaan berskala besar dan korporasi, serta ritel sehubungan dengan membaiknya tingkat konsumsi masyarakat. Ada pun faktor-faktor eksternal tersebut telah berkontribusi kepada total pembiayaan Bank yang tumbuh signifkan sebesar 12,8% menjadi Rp111,45 triliun dari Rp98,78 triliun tahun lalu.
Maybank terus melakukan upaya rebalancing terhadap portofolio pembiayaan khususnya segmen non-ritel dengan berfokus pada penyaluran kredit agar kredit tersebut dapat bermanfaat bagi kelangsungan usaha nasabah. Dengan demikian kredit non-ritel segmen Business Banking mengalami penurunan sebesar 14,9%, di mana hal ini berimbas kepada total kredit segmen CFS Non-ritel yang turun 3,6% yoy.
Sehubungan dengan meningkatnya daya beli masyarakat, total kredit segmen CFS Ritel (konsolidasian) tumbuh 13,8% menjadi Rp37,74 triliun dari Rp33,18 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Bisnis kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan (KTA) tumbuh 12,5% menjadi Rp2,83 triliun dari Rp2,51 triliun, diikuti pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 20,0% menjadi Rp18,33 triliun dari Rp15,27 triliun. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 8,2% menjadi Rp16,03 triliun dari Rp14,82 triliun tahun lalu, dan segmen tersebut masih terus menunjukkan pertumbuhan sejak awal 2022.
Seiring dengan menurunnya biaya dana, Maybank mencatat Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM) menguat 2 basis poin menjadi 4,8% pada September 2022. Selain itu, Maybank mencatat Pendapatan Non-Bunga (Fee-based Income) di luar pendapatan fees Global Market sebesar Rp1,23 triliun yang bersumber daripada pendapatan fee terkait bisnis pembiayaan dan ritel, serta anak perusahaan.
“Sementara, fees terkait Global Market mengalami penurunan sebesar 63,7% disebabkan oleh dinamika suku bunga global dan volatilitas pasar yang menyebabkan pendapatan fee-based turun 10,4% yoy,” kata Taswin.
Dari sisi simpanan, total simpanan nasabah tumbuh 5,0% menjadi Rp107,00 triliun dari Rp101,88 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. CASA Bank tumbuh 21,6% didukung Giro yang tumbuh 33,9% menjadi Rp32,44 triliun dari Rp24,24 triliun sementara Tabungan naik 7,6% menjadi Rp22,93 triliun dari Rp21,31 triliun tahun lalu.
Selanjutnya, simpanan berjangka (time deposits) turun 8,4% menjadi Rp51,63 triliun dari Rp56,34 triliun tahun lalu. Hal ini sejalan dengan strategi Bank untuk terus memperkuat likuiditas melalui simpanan berbiaya rendah, dan mengandalkan layanan digital untuk menghimpun simpanan nasabah. Alhasil, rasio CASA Bank terus membaik dan tercatat menguat sebesar 51,8% pada September 2022 dari 44,7% pada September 2021.
Di tengah prospek ekonomi yang membaik, Maybank mencatat penurunan beban provisi sebesar 23,1% menjadi Rp818 miliar didukung upaya Bank dalam melakukan restrukturisasi, khususnya pada kredit nasabah yang terdampak pandemi.
Maybank mencatat rasio Non Performing Loan (NPL) konsolidasi membaik menjadi 3,5% (gross) dan 2,5% (net) pada September 2022 dari 4,6% (gross) dan 2,9% (net) pada September 2021, dan 3,7% (gross) and 2,6% (net) pada Desember 2021, serta penurunan saldo NPL sebesar 16,3% yoy.
Di tengah kegiatan bisnis yang terus berangsur normal, Maybank mencatat biaya overhead tetap terkendali sebesar Rp4,33 triliun. Posisi likuiditas Bank tetap kuat dengan rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR Bank saja) berada di posisi yang sehat pada level 90,2%. Sementara, Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja) tercatat 176,9% pada September 2022, berada di atas tingkat minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%.
Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) tetap kuat sebesar 24,7% pada September 2022, dengan total modal Bank sebesar Rp28,02 triliun pada September 2022.
Pencapaian dari platform digital, untuk nasabah ritel (M2U), telah mencatat peningkatan transaksi sebesar 24,8% menjadi sekitar 13,1 juta pada sembilan bulan pertama 2022 dari 10,5 juta lebih transaksi tahun lalu. Nilai transaksi M2U tumbuh 28,8% menjadi Rp71,05 triliun dari Rp55,16 triliun tahun lalu, diikuti dengan 1000% lebih pertumbuhan akuisisi pelanggan baru melalui platform digital tersebut.
Sementara, platform perbankan digital untuk nasabah korporasi (M2E), mencatat peningkatan transaksi sebesar 32,2% menjadi lebih dari 3,1 juta transaksi dari 2,4 juta tahun lalu. Nilai transaksi M2E mencapai Rp528,15 triliun pada sembilan bulan pertama 2022, tumbuh 34,9% dari Rp391,44 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total pengguna aktif M2E juga tumbuh 6,9% menjadi 2.926 pengguna dari 2.737 pengguna. Hal ini menyebabkan pendanaan korporasi tumbuh 52,4% menjadi Rp27,03 triliun dari Rp17,73 triliun tahun lalu.
Sedangkan Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia (Maybank Syariah) mencatatkan laba operasional sebelum provisi naik 16,2% menjadi Rp620 miliar, didukung pembiayaan syariah yang tumbuh 12,8% menjadi Rp27,98 triliun dari Rp24,81 triliun, serta penurunan biaya dana yang ditopang oleh pertumbuhan CASA yang kuat.
“Total aset Syariah tumbuh 7,0% menjadi Rp39,67 triliun dari Rp37,06 triliun, serta berkontribusi kepada total aset Bank (individu) sebesar 25,7%,” tambah Taswin Zakaria.
Rasio Non Performing Financing (NPF) juga membaik, yakni 3,0% (gross) dan 2,4% (net) pada September 2022 dari 3,8% (gross) dan 2,6% (net) pada September 2021, sejalan dengan pembiayaan Syariah yang bertumbuh. Sementara Financing-to-Deposit Ratio (FDR) berada pada tingkat yang sehat, yakni 89,7%.
Pada kuartal III-2022, CASA UUS tumbuh signifikan 37,3% menjadi Rp12,40 triliun dari Rp9,03 triliun tahun lalu. Hal ini selaras dengan strategi Bank untuk memperkuat likuiditas dengan mengoptimalkan simpanan dengan biaya rendah.
Selain itu, UUS tetap mengambil langkah konservatif untuk menjaga kualitas aset dengan meningkatkan level pencadangan untuk portofolio tertentu. Hal ini berdampak pada penurunan PBT UUS menjadi Rp221 miliar pada sembilan bulan pertama 2022 dari Rp403 miliar tahun lalu.
Unit Usaha Syariah Maybank, terus menerapkan strategi “Shariah First” dan Leverage Model, dimana keduanya telah memainkan peran strategis dalam meningkatkan bisnis Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia.
“Dengan dukungan OJK terhadap Leverage Model, Unit Usaha Syariah dapat mengakses seluruh sumber daya Bank untuk mengembangkan dan memasarkan produk serta layanan berbasis syariah,” jelas Taswin. (*) Irawati