Ilustrasi: Gedung UOB Indonesia/istimewa
Jakarta – Kinerja PT Bank UOB Indonesia sepanjang 2024 masih mengalami tekanan. Raihan laba bersih bank yang bermarkas di Singapura ini, menyusut 35,81 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp674,98 miliar di 2023 menjadi Rp406,24 miliar pada 2024.
Penurunan laba Bank UOB Indonesia, terjadi meskipun kinerja penyaluran kredit dan pendapatan bunga bersih perseroan sepanjang 2024 mengalami pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya.
Mengutip laporan keuangan perseroan, Senin, 3 Maret 2024, kinerja intermediasi bank yang dipimpin oleh Hendra Gunawan sebagai presiden direktur ini tumbuh solid pada 2024. Ini tercermin dari penyaluran kredit perseroan tumbuh 19,50 persen yoy dari Rp84,02 triliun di 2023 menjadi Rp100,41 triliun.
Realisasi kredit tersebut tumbuh di atas rata-rata industri yang dilaporkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berada di level 10,39 persen per Desember 2024.
Kualitas kredit yang disalurkan Bank UOB Indonesia juga terjaga. Per Desember 2024, rasio non performing loan (NPL) gross dan NPL net masing-masing di level 2,77 persen dan 2,05 persen. Masih di bawah batas ambang ketentuan OJK, yakni 5 persen.
Baca juga: Laba Bank Woori Saudara Turun 26,04 Persen di 2024, Ini Penyebabnya
Sementara dari pos pendapatan bunga, Bank UOB Indonesia mampu mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp11,10 triliun, atau naik 16,44 persen yoy ketimbang tahun lalu yang sebesar Rp9,53 triliun. Di sisi lain, beban bunga justru melonjak 24,51 persen menjadi Rp5,40 triliun. Meski demikian, pendapatan bunga bersih perseroan tetap tumbuh 9,70 persen dari Rp5,19 triliun di 2023 menjadi Rp5,70 triliun pada 2024.
Adapun penyebab laba Bank UOB Indonesia turun sepanjang 2024, salah satunya dipicu oleh kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) yang mengembang 34,46 persen menjadi Rp1,07 triliun.
Beban operasional di pos promosi juga meningkat 11,96 persen menjadi Rp237,90 miliar dan beban lainnya ikut naik 21,70 persen menjadi Rp3,67 triliun. Inilah yang menyebabkan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) naik dari 92,31 persen menjadi 95,64 persen. Rasio ini melebihi batas ideal di bawah 85 persen, yang mencerminkan efisiensi operasional bank masih mengalami tekanan.
Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) Bank UOB Indonesia tercatat terkoreksi 1,48 persen yoy menjadi Rp117,51 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp119,28 triliun. Penurunan DPK ini dipicu dari pos deposito dan tabungan yang masing-masing terkoreksi 14,44 persen dan 6,43 persen.
Sedangkan pada instrumen giro justru mengembang 33,57 persen menjadi Rp32,13 triliun. Adapun rasio dana murah (giro dan tabungan) terhadap total DPK terkerek naik dari 51,29 persen menjadi 57,19 persen.
Sementara total aset Bank UOB Indonesia di 2024 terkoreksi 3,94 persen menjadi Rp156,14 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp162,54 triliun.
Baca juga: Kinerja Intermediasi Solid, Bank Kalteng Kantongi Laba Rp321,18 M di 2024
Dari sisi kecukupan modal, capital adequacy ratio (CAR) turun dari 18,32 persen menjadi 16,51 persen. Artinya, permodalan Bank UOB Indonesia mengalami tekanan untuk mengembangkan bisnis ke depan.
Selanjutnya, loan to deposit ratio (LDR) naik dari 69,92 persen menjadi 85,89 persen. Rasio LDR ini masih di rentang ideal 78-92 persen dan menandakan likuiditas bank dalam kondisi aman.
Sedangkan rasio return on asset (ROA) juga mengalami penurunan dari 0,61 persen menjadi 0,35 persen dan rasio return on equity (ROE) terkoreksi dari 4,44 persen menjadi Rp2,55 persen. (*)
Jakarta - American Chamber of Commerce in Indonesia (AmCham Indonesia) terus memperkuat komitmennya dalam mendukung… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi meluncurkan Portal Data dan Metadata Sektor Jasa… Read More
Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) terus memperkuat komitmennya dalam mendukung pemberdayaan wanita… Read More
Jakarta - PT Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta), perusahaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) di bawah naungan… Read More
Jakarta - PT Bank SMBC Indonesia Tbk (SMBC Indonesia) dan PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF)… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa rasio klaim asuransi kesehatan mengalami penurunan signifikan… Read More