Jakarta – PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk atau Bank Woori Saudara membukukan laba bersih Rp516,13 miliar sepanjang 2024. Raihan laba ini menyusut 26,04 persen secara tahunan atau year on year (yoy) ketimbang tahun sebelumnya yang sebesar Rp697,86 triliun.
Mengutip laporan keuangan perseroan, Senin, 3 Maret 2025, jika dilihat dari kinerja sejumlah pos keuangan bank yang dipimin oleh Kim Eungchul sebagai presiden direktur ini, cukup positif di sepanjang 2024.
Dari mesin intermediasi, misalnya, Bank Woori Saudara berhasil menyalurkan kredit Rp46,88 triliun per Desember 2024. Realisasi kredit ini tumbuh 6,56 persen yoy ketimbang tahun lalu di periode yang sama sebesar Rp43,99 triliun.
Penyaluran kredit tersebut diimbangi dengan kualitas kredit. Ini tercermin dari rasio non performing loan (NPL) groos dan NPL net yang masing-masing berada di level 1,54 persen dan 1,85 persen per Desember 2024. Rasio NPL ini masih di bawah threshold yang ditentukan regulator, yakni 5 persen.
Baca juga: BCA Syariah Cetak Laba Rp183,7 Miliar di 2024, Naik 19,5 Persen
Pertumbuhan kredit ikut mendongkrak pedapatan bunga bersih perseroan. Tercatat, pendapatan bunga bersih per Desember 2024 sebesar Rp1,77 triliun, atau tumbuh 6,10 persen.
Meski kinerja kredit dan pendapatan bunga bersih tumbuh, ternyata tak mampu mendongkrak raihan laba bersih perseroan sepanjang 2024.
Penurunan laba bersih Bank Woori Saudara salah satunya disebabkan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang membengkak dari 77,44 persen pada 2023 menjadi 84,97 persen di 2024. Ini menandakan bahwa perseroan kurang efisien dalam operasionalnya.
Jika rinci, pos beban tenaga kerja perseroan naik 14,21 persen menjadi Rp350,31 miliar dan pos beban lainnya naik 16,85 persen menjadi Rp623,35 miliar.
Penyusutan dari sisi profitabilitas juga terjadi pada komisi atau provisi yang turun 3,58 persen dari Rp231,24 miliar pada 2023 menjadi Rp223,04 miliar di 2024.
Kabar baiknya, pengumpulan dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) Bank Woori Saudara tumbuh 2,41 persen menjadi Rp31,94 triliun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp31,18 triliun. Peningkatan DPK ini dorong oleh instrumen deposito dan tabungan yang masing-masing yang tumbuh 6,34 persen dan 0,97 persen. Adapun pos giro terkoreksi 11,95 persen menjadi Rp4,90 triliun per Desember 2024.
Peningkatan deposito berdampak pada penurunan rasio dana mudah (giro dan tabungan) terhadap total DPK dari 30,15 persen di 2023 menjadi 27,47 persen di 2024. Artinya, biaya dana menjadi lebih mahal bagi Bank Woori Saudara.
Dari sisi kecukupan modal, capital adequacy ratio (CAR) meningkat dari 23,88 persen menjadi 31,09 persen. Ini menunjukkan Bank Woori Saudara tetap memiliki permodalan yang kuat untuk mendukung ekspansi bisnisnya ke depan.
Baca juga: Duh! Laba BRI Turun 58,33 Persen jadi Rp2 Triliun di Januari 2025
Sementara itu, rasio loan to deposit ratio (LDR) naik dari 141,06 persen menjadi 146,78 persen. Angka ini di atas rentang ideal 78-92 persen. Ini menunjukkan perseroan agresif dalam penyaluran kredit, yang bisa meningkatkan profit, tetapi juga meningkatkan risiko likuiditas.
Dilihat dari rasio keuangan lainnya, return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) masing-masing menyusut menjadi 1,28 persen dan 1,16 persen, mencerminkan profitabilitas perseroan tertekan. Posisi net interest margin (NIM) juga turun dari 3,51 persen menjadi 3,30 persen.
Menuutup 2024, total aset Bank Woori Saudara tetap tumbuh 7,13 persen dari Rp54,22 triliun di 2023 menjadi Rp58,73 triliun pada 2024. (*)