Jakarta – BRI Insurance (BRINS) menjadi salah satu perusahaan asuransi yang stabil dan tercatat memiliki pertumbuhan cepat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Atas pencapaian tersebut, BRINS belum lama ini sukses meraih penghargaan dari The Finance, yakni spesial award “Fastest Growing Company” dan “The Best Perfoming General Insurance 2020” kategori asuransi umum berpremi bruto Rp1 triliun sampai dengan di bawah Rp2,5 triliun yang konsisten berkinerja cemerlang tiga tahun terakhir.
Keberhasilan BRINS sendiri bukan tanpa alasan, untuk tahun 2019 sendiri,
Asuransi umum yang dipimpin oleh Fankar Umran menorehkan performa gelimang. Berdasarkan data Biro Riset Infobank (birl), BRI Insurance mampu mencatatkan pertumbuhan premi bruto sebesar 15,60% year on year (yoy), dari Rp1,33 triliun menjadi Rp1,54 triliun.
Pertumbuhan premi bruto tersebut menopang investasi BRI Insurance yang melonjak menjadi Rp1,18 triliun, atau tumbuh 35,96%. Investasi yang dikelola juga menghasilkan return yang sangat baik. Hasil investasinya tercatat meningkat 52,94% menjadi Rp54,10 miliar.
Menutup tahun 2019, total asetnya tercatat mencapai Rp2,59 triliun atau meningkat 8,80%. Dan perolehan laba sebelumnya pajaknya mencapai Rp242,51 miliar atau naik 18,84%. Dari sisi permodalan, BRI Insurance juga mencatatkan kenaikan 14,15% menjadi Rp841,10 miliar.
“Sebelumnya terimakasih kepada The Finance atas apresiasi yang diberikan kepada kami. Selain tumbuh dengan cepat tentu saja kita juga sehat. RBC Kami diatas 300%. Kami punya pencadangan dan mampu membayar klaim 2,4 kali lipat dibanding klaim yang sudah muncul,” kata
Direktur Utama BRI Insurance Fankar Umran, saat menerima penghargaan Top 20 Financial Institution 2020, Kamis, 10 Desember 2020.
Fankar juga mengungkapkan, keberhasilan BRINS yang terus konsisten mencatat pertumbuhan tidak lepas dari strategi perusahaan yang telah membangun sebuah ekosistem dan melakukan transformasi digital.
Digitalisasi di sektor asuransi menjadi hal yang tidak dapat dihindari, khususnya di masa pandemi ini. Bahkan industri asuransi dinilai harus menjadi hybrid company, yang bisa memadukan antara sistem konvensional dengan digital.
Bertransformasi menjadi hybrid company menurut Fankar menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi industri asuransi setelah Covid-19 berlalu.
“Untuk asuransi yang berisiko tinggi tetap harus dilakukan konvensional. Digitalisasi dapat diterapkan pada yang berisiko rendah, misalnya asuransi mikro, kendaraan, atau pun rumah,” tutup Fankar usai menerima penghargaan. (*)