Tumbuh 14,7 Persen, Portofolio Berkelanjutan Bank Mandiri Tembus Rp287 Triliun di Semester I 2024

Tumbuh 14,7 Persen, Portofolio Berkelanjutan Bank Mandiri Tembus Rp287 Triliun di Semester I 2024

Jakarta – PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) berhasil mencatat portofolio berkelanjutan hingga Rp287 triliun pada semester I 2024. Jumlah tersebut tumbuh 14,7 persen secara year on year (yoy) dari tahun 2023.

“Komposisi dari portofolio berkelanjutan ini terdiri dari portofolio hijau sebesar Rp139 triliun dengan pertumbuhan sebesar 20,4 persen (yoy) dan portofolio sosial mencapai Rp139 triliun, tumbuh sebesar 9,5 persen (yoy),” kata Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar kepada Infobank, Selasa, 6 Agustus 2024.

Ia mengatakan, ada banyak hal yang Bank Mandiri lakukan untuk melaksanakan pertumbuhan berkelanjutan. Dari sisi bisnis misalnya, bank pita kuning ini menyediakan berbagai alternatif pembayaran dan produk.

Salah satunya adalah produk baru berupa KPR Hijau, yaitu fasilitas pembiayaan bagi nasabah yang membeli properti khusus pada perumahan yang tersertifikasi sebagai bangunan hijau dari lembaga independen.

Baca juga : Portofolio Hijau Bank Mandiri Tembus Rp139 Triliun, Melonjak 20,4 Persen

Xandra, sapaan akrabnya mengungkapkan, dari sisi operasional, Bank Mandiri semakin berusaha menekan pengeluaran karbon. Beberapa contoh yang Xandra maksud meliputi pemasangan Reverse Vending Machine (RVM) untuk mendaur ulang sampah botol plastik, penggunaan solar panel sebagai alternatif penyedia energi, serta melakukan digitalisasi di banyak aspek.

Digitalisasi juga dilakukan dalam skala sosial, di mana Bank Mandiri memperluas inklusi keuangan. Hal ini dilakukan menggunakan aplikasi Livin Merchant, yang membantu pelaku usaha, dalam mengelola keuangan dan operasional bisnis.

“Dengan berbagai fitur menarik, seperti katalog produk, pencatatan penjualan, QRIS merchant, dll. Per Juni 2024, data kami menunjukkan 1,2 juta pengguna Livin’ Merchant pada area non-urban,” terang Xandra.

Ini membuat Bank Mandiri mengalami kenaikan skor ESG Rating oleh MSCI yang menjadi BBB dari sebelumnya BB.

“Peningkatan ini didorong oleh penguatan kebijakan perkreditan pada sektor dengan emisi tinggi, penguatan keamanan data, peningkatan skor corporate behavior dari penyempurnaan disclosure, dan pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM,” tuturnya.

Tantangan dalam Menyalurkan Pembiayaan Berkelanjutan

Lebih lanjut, Xandra mengatakan kalau saat ini, minat masyarakat dan bisnis terhadap pembiayaan berkelanjutan semakin meningkat. Ini tercermin dari compounded annual growth rate (CAGR) yang tumbuh 13,5 persen (yoy) dari 2021 hingga 2023.

Menurut Xandra, pendorong utama dari pertumbuhan portofolio hijau ini berasal dari kategori Green Building, Pengelolaan SDA Hayati, sektor Energi Terbarukan, dan Produk Ramah Lingkungan.

Baca juga : Komitmen Terapkan ESG, Bank Mandiri Perbesar Portofolio Hijau

“Segmen Retail dan Consumer telah menunjukkan minat yang cukup baik. Bank Mandiri telah menyalurkan banyak pembiayaan kepada UMKM, kendaraan berbasis listrik, maupun KPR Hijau dengan total pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp127,7 triliun,” lanjut Xandra.

Sementara, bisnis juga menunjukkan ketertarikan dalam pembiayaan berkelanjutan. Xandra mengungkapkan, produk-produk Bank Mandiri seperti Sustainability-Linked Loan, Corporate-in-Transition Financing, Green Loan, dan Social Loan.

Meskipun begitu, Xandra juga mengakui kalau penyaluran pembiayaan berkelanjutan juga memiliki tantangannya tersendiri. Menurutnya, permasalahan terbesar yang dihadapi Bank Mandiri dalam hal ini adalah menyeimbangkan antara peluang dan kepatuhan regulasi dalam pembiayaan iklim.

“Pembiayaan berkelanjutan sering kali dianggap mahal. Saat ini, biaya yang diperlukan untuk melaksanakan proyek hijau relatif lebih tinggi dibandingkan manfaat jangka pendek yang diperoleh, meskipun kita semua sepakat bahwa manfaat jangka panjangnya pasti dan dapat dilihat,” kata Xandra.

“Namun, tidak semua pemangku kepentingan menganggap ini sebagai prioritas. Kepentingan bisnis tetap menjadi perhatian utama bagi pelaku industri dan juga bank komersial. Akibatnya, inisiatif iklim di Indonesia sebagian besar masih bersifat sukarela hingga saat ini,” lanjutnya.

Perlu ada kebijakan yang kuat yang dapat menjadi pemicu utama untuk mendorong pembiayaan macam ini. Penting juga untuk membuat pembiayaan hijau terlihat menarik di mata konsumen.

Yang jelas, Xandra positif terhadap perkembangan penyaluran pembiayaan berkelanjutan di Tanah Air. Pihaknya terus melakukan pendekatan kolaboratif dengan seluruh pemangku kepentingan, demi terwujudnya Indonesia yang lebih hijau.

“Kami percaya bahwa kolaborasi dengan pemerintah, regulator, dan policy maker adalah salah satu pendekatan yang bisa kita lakukan, karena sebuah bisnis tidak dapat menjadi ‘sustainable’ secara mandiri,” jelasnya.

Dalam berbagai kasus, Bank Mandiri sudah bekerja sama dengan dengan banyak pihak seperti Kementerian BUMN dalam menyalurkan pembiayaan hijau, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk implementasi perdagangan karbon di Indonesia, serta dengan Kemenko Marves terkait akan pelaksanaan Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) bersama Just Energy Transition Partnership (JETP).

“Kedepannya, kami juga berencana untuk menjalin kolaborasi dengan kementerian dan pihak lainnya untuk lebih mendorong penerapan keberlanjutan. Kami juga ingin untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi dan mengatasi tantangan yang mungkin muncul, serta memanfaatkan kesempatan untuk memperkuat ekosistem keberlanjutan di Indonesia,” pungkasnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Editor : Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News