Jakarta – Salah satu anggota holding BUMN Farmasi, yakni PT Phapros Tbk (PEHA) baru saja merilis laporan keuangan (audited) tahun buku 2022. Phapros mencatatkan pertumbuhan laba 143% year on year (yoy), atau menjadi sebesar Rp27,4 miliar pada 2022.
Kenaikan laba perseroan ditopang kenaikan penjualan sebesar 11%, dari Rp1,05 triliun menjadi Rp1,17 triliun. Pertumbuhan tersebut di atas kenaikan rata-rata industri yang hanya tumbuh single digit sepanjang 2022. Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan dari sisi kas atau setara kas yang naik 57%, dari Rp94,4 miliar menjadi Rp147,7 miliar.
Direktur Utama Phapros, Hadi Kardoko mengatakan, kinerja perusahaan di tahun 2022 ditopang dengan efisiensi operasional, agresifitas penetrasi pasar melalui produk-produk unggulan Phapros serta berbagai kerjasama dengan mitra strategis.
Tahun 2022 juga menjadi milestone penting bagi Phapros, di mana salah satu produk legendarisnya, yakni Antimo masuk usia emas 50 tahun. Melalui sejumlah rejuvenasi strategi atas komunikasi dan promosi produk Antimo semakin dapat diterima seluruh kalangan masyarakat.
“Tahun 2022 merupakan tahun pertumbuhan ekspansif bagi kami. Dari aspek perluasan pasar, inovasi produk, jumlah produksi dan lainnya, menghasilkan kinerja yang positif dibanding tahun sebelumnya. Kunci yang kami lakukan ada dua hal, yaitu efisiensi biaya di segala lini dan efektifitas operasional. Selebihnya ditopang dengan business excellence, organizational excellence dan digitalisasi,” imbuhnya dalam keterangan resmi, Kamis, 30 Maret 2023.
Hadi mengatakan, pencapaian kinerja pada 2022 membuat Phapros lebih optimis menghadapi 2023. Perseroan menargetkan bisa tumbuh lebih signifikan, baik dari sisi kinerja keuangan maupun peluang pasar.
“Sehingga mampu memberikan imbal balik yang lebih baik kepada pemegang saham atau investor, karyawan ataupun stakeholder lainnya,” terangnya.
Sementara, analis teknikal dari BCA sekuritas Achmad Yaki Yamani menerangkan, secara umum sektor farmasi masih prospektif karena ada peningkatan shifting pola konsumsi ke vitamin dan suplemen selama beberapa tahun terakhir. Pascapandemi, masyarakat juga menjadi lebih aware akan pola hidup sehat. Kesadaran masayarakat ini bisa menjadi salah satu katalis positif untuk sektor farmasi terutama yang memproduksi multi vitamin serta makanan tambahan untuk kesehatan.
“Kekhawatiran resesi global juga sudah mereda, jadi potensi pembalikan arah atau penguatan masih mungkin terjadi. Tekanan dari global lebih kepada panic selling dari pemain domestik ketika melihat bursa di US atau regional terkoreksi dalam,” imbuhnya. (*) Ari Astriawan