Ekonomi dan Bisnis

Transisi ke EBT, Konsumen Tegangan Tinggi (KTT) Additional Demand Melonjak

Jakarta – Untuk mendukung dinamika transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT), Indonesia memutuskan untuk melarang ekspor nikel mentah ke ekspor nikel yang memiliki nilai tambah, sehingga investasi untuk nikel saat ini melonjak tinggi.

Direktur Utama PT PLN Persero Tbk, Darmawan Prasodjo, mengatakan bahwa dengan adanya hal itu terjadi konsumen tegangan tinggi (KTT) additional demand yang melonjak di luar prediksi dari rencana penyediaan tenaga listrik. Ia pun menuturkan, ada sebanyak 155 pelanggan KTT dengan estimasi sekitar 28 gigawatt.  

“Ada banyak sekali yang daftar, nanti ternyata investasinya tidak terealisasi kalau ini kami penuhi semua, kami bangun pembangkit berdasarkan ini, kami bangun gardu induk berdasarkan ini, kami bangun transmisi berdasarkan ini ternyata tuteko sing tuku ra teko-teko,” ucap Darmawan dalam Indonesia Economic Outlook 2023 oleh PT SMI di Jakarta, Selasa, 20 Desember 2022.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa KTT additional demand tersebut memerlukan dana sekitar Rp300 triliun. Jika hal tersebut dilakukan tanpa melihat risiko ke depannya akan menyebabkan pembangunan pembangkit, gardu induk, dan transmisinya menjadi stranded asset yang tidak memiliki konsumen.

“Inilah kita sebut dengan high risk dengan scenario high demand, kemudian kalau kita bangun lagi high medium risk maka tinggal 18 gigawatt, medium risk 8 gigawatt, low risk tinggal 1,7 giga watt,” imbuhnya.

Ia sangat mewanti-wanti hal ini, karena hal tersebut telah terjadi di tahun 2014-2015 dimana terjadi miss prediction demand listrik untuk tahun ini yang seharusnya terealisasi sebesar 420 terawatt, faktanya hanya terealisasi sekitar 270 terawatt.

Meski begitu, Darmawan menjelaskan bahwa belajar dari pengalaman tersebut perlu adanya dokumen yang berbasis pada analisis risiko sesuai fakta saat ini, agar penambahan demand tersebut membawa dampak positif dan keuntungan untuk EBT ke depannya.

“Ini kita sedang melakukan kalibrasi, penambahan konsumennya seperti apa dan ini pertanda bahwa ekonomi Indonesia is not getting wigger, Indonesia is getting stronger adalah good problem, penambahan demand apapun ini adalah suatu permasalahan dampak positif bagi kita untuk itu menjadi suatu opportunity bagi kita untuk mengakselerasi pembangunan renewable energi,” ujar Darmawan. (*)

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Tinjau PLTU Suralaya, Bahlil Pastikan Suplai Listrik Wilayah Jamali Aman Selama Nataru

Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengapresiasi kesiapan PLN dalam… Read More

17 mins ago

Per 20 Desember 2024, IASC Blokir 5.987 Rekening dan Selamatkan Dana Rp27,1 Miliar

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More

1 hour ago

KSEI Bidik Pertumbuhan 2 Juta Investor pada 2025

Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More

1 hour ago

KSEI Masih Kaji Dampak Kenaikan PPN 12 Persen ke Pasar Modal RI

Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More

3 hours ago

PPN 12 Persen QRIS Dibebankan ke Pedagang, Siap-siap Harga Barang Bakal Naik

Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More

3 hours ago

IHSG Ditutup Naik 1,61 Persen, Dekati Level 7.100

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 23 Desember 2024, ditutup… Read More

4 hours ago