Transformasi Digital Jadi Kunci Bisnis Kuliner Bertahan di Era Cashless

Transformasi Digital Jadi Kunci Bisnis Kuliner Bertahan di Era Cashless

Jakarta – Di tengah ketatnya persaingan bisnis kuliner dan perubahan perilaku konsumen pasca-pandemi, Bakmi GM turut beradaptasi melalui digitalisasi.

Transformasi ini terlihat dari berbagai lini, mulai dari sistem pembayaran nontunai, aplikasi loyalti pelanggan, hingga pemanfaatan media sosial sebagai kanal utama komunikasi.

Business Development Director Bakmi GM, Tammy Tanumihardja mengatakan bahwa digitalisasi kini bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bisnis untuk tetap relevan.

“Zaman sekarang semuanya digital. Bahkan saya sendiri ke mana-mana sudah tidak bawa uang tunai. Itu juga yang kami bangun di Bakmi GM,” ujarnya saat ditemui usai acara HUT ke-66 Bakmi GM di Jakarta, Rabu (23/7).

Baca juga: Kolaborasi Lintas Industri Jadi Jurus Bakmi GM Jaga Loyalitas Konsumen

Bakmi GM kini memiliki aplikasi resmi “Bakmi GM” yang memungkinkan pelanggan memesan menu secara delivery online, mengumpulkan poin, menerima penawaran khusus, dan memperoleh informasi terkini tentang menu dan program promosi.

Menurut Tammy, pertumbuhan jumlah pengguna aplikasi tersebut cukup pesat, terutama dari kalangan anak muda yang memang terbiasa hidup di ekosistem digital.

Selain memperkuat aplikasi loyalti, Bakmi GM juga terus mengembangkan sistem pembayaran digital di seluruh gerainya. Kolaborasi dengan penyedia sistem pembayaran seperti Blu by BCA Digital menjadi bagian dari strategi untuk menjawab kebutuhan pelanggan yang semakin cashless.

Di beberapa gerai, bahkan telah tersedia counter khusus sebagai bentuk dukungan terhadap ekosistem pembayaran digital.

“Perilaku pelanggan sudah berubah. Mereka ingin transaksi cepat, aman, dan praktis,” tambahnya.

Tidak hanya dari sisi transaksi, Bakmi GM juga menjadikan media sosial sebagai jalur utama komunikasi merek.

Informasi terkait peluncuran menu baru, promosi musiman, hingga kampanye sosial seluruhnya disampaikan melalui Instagram, TikTok, Facebook, dan situs resmi. Hal ini menjadi strategi penting dalam menjaga kedekatan dengan pelanggan lama sekaligus menjaring konsumen baru yang digital native.

Meski digitalisasi berkembang, Tammy tidak menampik adanya perubahan perilaku pelanggan setelah pandemi. Kebiasaan makan langsung di tempat kembali menjadi tren.

Baca juga: Riset DBS: Optimalisasi AI dan ESG Jadi Prioritas Bisnis di RI

“Sejak pandemi berakhir, orang-orang mulai gathering lagi. Makan di tempat jadi kebiasaan yang balik. Tapi digital tetap kami optimalkan, baik dari sisi pemesanan, pembayaran, maupun loyalti,” jelasnya.

Bagi Bakmi GM, digitalisasi bukan berarti meninggalkan nilai-nilai yang telah membesarkan merek tersebut. Sebaliknya, transformasi digital dijadikan alat untuk memperkuat warisan dan kualitas layanan.

“Untuk bisa sampai 66 tahun bukan karena untung semata, tapi karena kepercayaan. Jadi digitalisasi ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal bagaimana kita tetap menjaga mutu, menyapa pelanggan, dan terus berinovasi,” tegas Tammy. (*) Alfi Salima Puteri

Related Posts

News Update

Netizen +62