Jakarta – Harus diakui masih banyak kekurangan yang dihadapi Indonesia dalam lanskap ekonomi digital ini. Kekurangan yang dimaksud meliputi Sumber Daya Manusia (SDM), kesiapan teknologi, infrastruktur, dan yang paling mencolok, keamanan siber.
Keamanan siber Indonesia yang dirasa masih belum maksimal, menyebabkan beragam masalah seperti kebocoran data hingga fraud. Kerugian yang dialami bisa mencapai miliaran. Namun, kehilangan kepercayaan nasabah bisa menjadi masalah yang lebih besar.
Baca juga: Pengamat Ungkap 4 Kelemahan Infrastruktur Ekonomi Digital Indonesia
“Kerugian materiil yang dihasilkan dari masalah cyber security ini bisa mencapai ratusan miliar. Tapi kerugian reputasinya pasti lebih besar,” terang Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda dalam acara Hypernet bertajuk “Peran dan Peluang Kontribusi MSP Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia”, Jumat, 8 Desember 2023.
Meskipun begitu, di tengah berbagai masalah di negara ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia masih berlangsung positif.
Transaksi digital diprediksi akan mencapai Rp64.2 ribu triliun pada akhir tahun 2023, tumbuh 22,1 persen secara year-on-year (yoy). Transaksi e-commerce juga diproyeksi tumbuh 11.8 persen, serta penggunaan uang elektronik yang diperkirakan menembus Rp495 triliun di periode yang sama.
Nailul mengatakan, jika infrastruktur Indonesia diperbaiki, seperti menyamaratakan teknologi di seluruh Indonesia dan membuat ekosistem digital yang inklusif, maka penghasilan Indonesia dari ekonomi digital Indonesia bisa mencapai angka USD 109 miliar atau sekitar Rp1.692 triliun. Angka tersebut tidak bisa dibilang kecil.
Baca juga: Kejar Potensi Ekonomi Digital USD130 Miliar, Perusahaan Wajib Perkuat Keamanan Siber
“Dan kalau bisa diakselerasi dengan infrastruktur yang bagus, SDM yang kompeten, dan sebagainya, saya rasa itu (ekonomi digital) Indonesia bisa naik 2 kali lipat,” lanjut Nailul.
Bahkan, di tahun 2030, jika berasumsi ranah siber terus dikembangkan dengan baik, Nailul berujar ekonomi digital Tanah Air bisa menghasilkan 3 kali lipat dari yang diperoleh pada 2025, yakni USD 305 miliar, sekitar Rp4.737 triliun.
“Itu sangat bisa terjadi, mengingat akselerasi untuk adopsi digital masyarakat Indonesia itu cukup tinggi, demografi didominasi oleh Gen-Z, serta pertumbuhan dari konsumsi digital,” terangnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso