Jakarta — Indonesia telah dan akan terus mendominasi ekonomi digital di Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian Google-Temasek bertajuk e-Conomy SEA 2018: Southeast Asia’s Internet Economy Hits an Infllection Point, Indonesia merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Meski demikian, Indonesia masih tertinggal dalam hal keuangan inklusif. Menurut World Bank, hanya 48,9% orang dewasa Indonesia memiliki rekening bank pada 2018, sementara secara global rata-rata 69% orang dewasa memiliki rekening bank.
Hal ini melatarbelakangi Tongdun International, penyedia layanan manajemen resiko terkemuka mengadakan seminar Financial Technology (fintech) dengan tema Accelerating Financial Inclusion : How to Mitigate Risks while Capitalizing on Opportunities (Percepatan Keuangan Inklusif: Bagaimana Memitigasi Risiko sekaligus memanfaatkan Peluang), di Jakarta, Rabu 16 Januari 2019.
Menurut Co-Founder & Partner, Tongdun Technology, Jackal Ma, lebarnya kesenjangan terkait keuangan inklusif antara Indonesia dan negara-negara lain di dunia merupakan peluang besar bagi fintech untuk menjembatani.
“Dengan 69% populasi Indonesia sudah memiliki telepon seluler dan penggunaan telepon pintar terus bertambah, fintech dapat membantu Indonesia mengejar ketertinggalan dari negara lain dalam hal keuangan inklusif,” ujarnya, Rabu (16/01).
Sementara itu, negara-negara di Asia Tenggara memiliki begitu banyak kebudayaan, bahasa, bahkan tingginya tingkat pemakaian teknologi menghadirkan sejumlah tantangan tersendiri. Di sisi lain, perkembangan fintech di Asia Tenggara masih berada pada tahap awal sehingga masih mengandung potensi bisnis yang tidak terbatas. Sejak Desember 2018, sebanyak 88 perusahaan fintech telah mendapatkan lisensi dari OJK serta 150 perusahaan lainnya telah mengajukan lisensi.
Terlepas dari pertumbuhan industri fintech tersebut, banyak pelaku bisnis fintech di Indonesia masih perlu memperkuat teknologi dan reputasi mereka untuk bisa diterima oleh para konsumen lokal.
Tongdun Technology sebagai sebuah perusahaan pihak ketiga penyedia layanan manajemen risiko dan pengambilan keputusan yang profesional, telah memberikan pinjaman P2P, keuangan mikro, perbankan, asuransi, dan lain-lain, dengan pemasaran, manajemen risiko, anti-penipuan, dan solusi operasi yang cerdas dan sangat efisien.
Konsep Cross-Industry Joint Defense yang unik, akumulasi data besar-besaran dan teknologi pemrosesan data yang kuat dari Tongdun, misalnya, telah menjadi senjata ampuh untuk melindungi pinjaman P2P dan platform fintech keuangan mikro lainnya terhadap penipuan identitas, aplikasi palsu serta risiko lainnya.
“Selain itu, solusi kami dapat membantu fintech di Indonesia untuk tidak hanya meningkatkan bisnis mereka tetapi juga membangun kredibilitas yang kuat guna memperkuat peran mereka sebagai akselerator keuangan inklusif yang andal,” tutup Jackal Ma. (Ayu Utami)