Jakarta – Sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang diadop industri perbankan sejauh ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih tetap diperlukan keseimbangan machine dan human touch.
“Kita harus menyikapi penerapan AI di industri perbankan dengan wisdom. Sebab, AI yang dijadikan ‘tuhan baru’ belum seperti yang diharapkan,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo di Jakarta, Kamis, 25 Juli 2024.
Tiko, sapaan Wakil Menteri BUMN itu, melontarkan analog tersebut saat memberikan keynote speech dalam acara CxO Forum Banking Update bertema “Meningkatkan Layanan Perbankan dengan Mengadaptasi Peran AI dan Machine Learning serta Memperkokoh Keamanan Siber” yang digelar Perbanas.
Baca juga: 3 Manfaat Teknologi AI Generatif bagi Perbankan, Salah Satunya Tangkal Fraud
Menurut Tiko, mengadop teknologi, termasuk AI, ke depan menjadi keharusan. Hal ini untuk meningkatkan bisnis perbankan agar lebih agresif. Sebab, AI bukan hanya semata masalah data, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk tujuan baik bagi konsumen.
Mayoritas bank anggota Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), kata Tiko, dalam pengembangan scoring customer dan predictive behavior model sejak 2015 hingga sekarang akurasinya belum sesuai harapan.
“(Makanya) Jangan terlalu cepat related dengan mesin. Karena algoritmanya belum seperti yang kita harapkan. Machine dan human touch harus diseimbangkan. Kita tetap harus menggunakan human assesment untuk decision making,” saran Tiko.
Baca juga: Bukan Hanya AI Teknologi, AI Satu Ini Juga Penting bagi Para Investor
Tiko memprediksi, peran human touch paling tidak sampai lima tahun ke depan masih besar. Makanya, di bank Himbara, seperti BRI dan Bank Mandiri, meski pengembangan AI terus berjalan, human touch tetap dijalankan.
“Dengan AI, customer complain bisa cepat. Namun, decision process masih jauh. AI belum benar-benar menghasilkan sesuai harapan,” tuturnya. (DW)