Jakarta – pada hari ini Rabu (2/9/2020) PT Bank Negara Indonesia (BNI) melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Salah satu agenda inti melakukan perubahan pengurus. Lebih jelasnya susunan direksi. Bagaimana skenario direksi BNI yang baru?
Sumber Infobank menyebutkan, selain karena Anggoro E. Cahyo yang tidak lulus fit and proper test, sejatinya BNI juga harus RUPSLB, karena BNI sebagai BUMN cluster I yang maksimal jumlah direksinya 11 anggota direksi. Nah, karena jumlah direksi BNI sekarang ini 12 anggota direksi, maka perlu dikurangi menjadi 11.
Skenario satu, jumlah dan susunan anggota direksi masih tetap akan seperti sekarang ini minus Anggoro E. Cahyo yang kabarnya akan dipindah ke BUMN lain yang tidak memakai fit and proper test dari OJK (di luar sektor keuangan). Dengan demikian, direksinya menjadi 11 orang dengan susunan seperti sekarang ini, Yaitu, BNI1 masih tetap dipegang oleh Harry Sidharta yang masuk lewat RUPS tanggal 20 Februari 2020. Sementara pengganti Anggoro E. Cahyo adalah Adi Sulistyowati yang sekarang menjadi Plt Wakil Direktur Utama.
Skenario dua, RUPSLB ini tidak ada perubahan, baik lewat pergantian atau mengisi pos wakil direktur. Intinya Direktur Utama tetap Herry Sidharta dan susunan direksi masih tetap sekarang, karena jumlah maksimal direksi 11 orang. Juga, tidak ada pos wakil direktur utama.
Sementara skenario tiga, yang sekarang berkembang di masyarakat, Herry Sidharta akan diganti Royke Tumilaar, Dirut Bank Mandiri. Spekulasi yang berkembang, Royke masuk ke BNI karena masa tugas di Mandiri tinggal hitungan satu tahun. Royke Tumilaar yang baru dilantik menjadi Dirut Mandiri lewat RUPSLB tanggal 9 Desember 2019 lalu.
Sumber Infobank menyebut, skenario satu dan dua yang akan terjadi. Alasannya, situasi dan kondisi perbankan masih memasuki situasi yang berat akibat pandemi Covid-19. Potensi kredit macet di semua bank menjadi ancaman yang serius pasca kebijakan restrukturisasi.
Bank BNI pada semester I-2020, masih tetap tumbuh. Menurut catatan Biro Riset Infobank, BNI masih mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 4,4% menjadi Rp 880,12 triliun. Hal ini didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar Rp5% menjadi Rp 576,78 triliun. Sedang Dana pihak ketiga tumbuh sebesar 11,3% (yoy) menjadi Rp 662,38 triliun. Bahkan, rasio dana murah BNI membesar.
Dan kabarnya, RUPSLB bank yang beraset Rp880 triliun ini sebenarnya juga sudah dirancang jauh-jauh karena jumlah direksi BNI kelebihan satu. Namun selalu saja setiap kabar RUPLSB dikaitkan dengan pergantian direksi dan komisaris. Sebenarnya tidak ada isu, dan lebih ramai di luar, apalagi menyangkut direksi bank BUMN.
”Jadi, sangat tidak masuk akal wong susunan direksi sekarang yang belum setahun, dan itu kan pilihan rezim sekarang, kecuali ada agenda lain, dan tekan lebih kuat dari atas-atas,” jelas sumber Infobank.
Bahkan, sumber itu menyebut, sangatlah tidak wajar jika direksi dirombak, karena baru tujuh bulan bekerja, hasilnya baik, dan isu pergantian tidak memberi ketenangan kerja bagi direksi. Apalagi itu berasal dari Mandiri. Apa kata orang kok semua Bank Himbara dari Mandiri. Itu saya kira Menteri BUMN tidak mau ambil risiko. Kecuali, ada tekanan orang kuat di luar kuasa Menteri BUMN,” kata sumber itu menganalisa.
Ketika tiga skenario ini dikonfirmasikan ke Kementerian BUMN, tidak ada jawaban. Pendeknya, Kementerian BUMN sebagai kuasa pemegang saham dari BNI tidak memberi jawaban, apakah hasil RUPSLB siang ini ada pergantian BNI1 atau tidak. Namun, kemungkinan besar skenario satu dan dua akan terjadi.
Itu artinya BNI1 tetap Herry Sidharta. Tapi, skenario bisa berubah di jam-jam menjelang RUPSLB, seperti biasa terjadi selama ini. (*)