Tiga Faktor Ini jadi Pemicu Rendahnya Adopsi Kendaraan Listrik di RI

Tiga Faktor Ini jadi Pemicu Rendahnya Adopsi Kendaraan Listrik di RI

Jakarta – Mitigasi perubahan iklim dengan penurunan emisi yang signifikan dari sektor transportasi dapat dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan mengadopsi kendaraan listrik.

“Pemerintah telah memasukkan penggunaan kendaraan listrik sebagai salah satu rencana aksi mitigasi yang termuat dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Menurut studi IESR untuk mencapai bebas emisi pada 2050, jumlah kendaraan roda dua dan roda empat listrik harus mencapai 110 juta unit di 2030,” kata Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR dalam Webinar Indonesia Electric Vehicle Outlook (IEVO) 2023, Selasa, 21 Februari 2023.

Pada temuan IESR, penjualan kendaraan listrik di Indonesia terus meningkat. Pada 2022 menunjukkan bahwa adopsi motor listrik naik lima kali lipat dari 5.748 unit pada 2021 menjadi 25.782 unit. Selain itu, adopsi mobil listrik meningkat hampir empat kali lipat dari 2.012 unit pada 2021 menjadi 7.679 unit pada 2022.

“Tapi, walaupun penjualan meningkat tajam, pangsa pasar EV itu masih kurang dari 1% dari jumlah kendaraan yang terjual setiap tahunnya,” ujar Fabby.

Dalam laporan IEVO 2023, lanjut Fabby, pihaknya mengidentifikasikan penyebab rendahnya adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Setidaknya ada tiga faktor penyebabnya. Pertama, dari sisi harga. Harga pembelian awal kendaraan listrik dinilai masih sangat mahal.

“Faktor lainnya adalah kinerja kendaraan listrik yang tak sebaik kendaraan konvensional dan terakhir masih minimnya infrastruktur pengisian daya baterai listrik,” tambahnya.  

Lalu, apa yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan adopsi kendaraan listrik? IESR menilai, kuncinya adalah pada pembangunan eksosistem kendaraan listrik dari hulu dan hilir. Ekosistem tersebut mencakup kebijakan terintegrasi, seperti pemberian insentif. Selain itu, perlu adanya pengembangan infrastruktur industri baterai dan tempat pengisian baterai listrik. Tak ketinggalan pembiayaan dan peningkatan bauran energi terbarukan pada sistem kelistrikan.

“Yang terakhir ini sangat penting. Karena, selain mengurangi konsumsi BBM, penggunaan kendaraan listrik juga untuk menurunkan emisi gas rumah kaca,” tuturnya.

Di sisi lain, kata Fabby, pembangunan ekosistem kendaraan listrik juga bertujuan memaksimalkan investasi dan membangun industri kendaraan listrik yang berdaya saing kualitas ekspor. “Kami melihat, Indonesia juga bisa menjadi basis kendaraan listrik di Asia Tenggara,” tutupnya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News