Tidak Ada Tambahan Stimulus BOJ

Tidak Ada Tambahan Stimulus BOJ

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham di Asia hari kemarin ditutup melemah setelah BOJ tidak memutuskan tambahan stimulus apapun. Indeks Nikkei Jepang turun 3,61% sementara indeks Shanghai Composite turun 0,27%. Di Eropa, FTSE 100 Inggris naik tipis 0,04%, dan S&P 500 di AS turun 0,92%.

Bank of Japan (BOJ) kemarin memutuskan tidak mengubah kebijakan moneternya. BOJ tidak menambah jumlah pembelian aset sebesar 80 triliun Yen (USD718 miliar) per tahun, suatu kebijakan untuk meningkatkan likuiditas dalam sirkulasi untk menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan inflasi. BOJ juga tidak mengubah tingkat bunga acuan deposit rate tetap di level minus 0,1%, level yang telah ditetapkan sejak Februari lalu. Namun demikian, BOJ mengumumkan pemberian program pinjaman kepada bank-bank di Kyushu region (daerah yang terdampak gempa) sebesar 300 miliar Yen (USD2,7 miliar). Dalam pernyataannya BOJ mengindikasikan ingin melihat dampak penerapan tingkat bunga negatif pada ekonomi. Pasar merespons negatif hal ini. Indeks Nikkei turun tajam, dan Yen menguat signifikan. Yen menguat dari 111,5 Yen/USD sebelum pengumuman menjadi 107,9 Yen/USD setelah pengumuman.  Pertemuan BOJ selanjutnya dijadwalkan bulan Juni mendatang. Investor memperkirakan tambahan stimulus akan diberikan pada pertemuan tersebut.

Sementara dari Eropa, kemarin European Commission mengumumkan Economic Sentiment Indicator zona Eropa bulan April naik ke level 103,9 dari bulan sebelumnya sebesar 103,0. Kenaikan itu menunjukkan perbaikan sentimen pelaku bisnis dan konsumen mengenai prospek ekonomi ke depan. Sentimen ini membaik setelah tiga bulan terakhir terus memburuk. Pengamat memperkirakan tambahan stimulus ECB membuat sentimen menjadi positif. Pebisnis dan konsumen lebih optimis bahwa inflasi akan meningkat dengan tambahan stimulus tersebut. Ekspektasi naiknya inflasi merupakan tujuan ECB karena jika ekspektasi inflasi menurun, maka konsumen akan menunda belanja, industri akan mengurangi produksi dan investasi akan turun.

Masih dari Eropa, data jobless claim (jumlah pekerja yang mendaftar untuk memperoleh tunjangan pengangguran) Jerman bulan April dan tingkat pengangguran di Jerman, ekonomi terkuat di Eropa, tercatat masih dalam teritori yang rendah secara historis. Jobless claim turun 16.000 dibandingkan bulan sebelumnya, dan tingkat pengangguran juga stabil di level 6,2% level terendah sejak 1992. Namun demikian, Jerman masih menghadapi masalah tingkat inflasi yang rendah, tingkat inflasi bulan April (preliminary) tercatat sebesar 0,1% yoy. Jerman selama ini termasuk yang mempertanyakan kebijakan ECB dalam memberikan stimulus yang selama ini tidak efektif untuk meningkatkan inflasi.

Pertumbuhan ekonomi AS Q1 2016 tercatat sebesar 0,5% yoy, turun dibandingkan Q4 2015 yang mencatat 3,9% yoy, dan lebih rendah dibandingkan proyeksi pelaku pasar sebesar 0,7%. Namun demikian kinerja yang buruk ini dipercaya tidak akan berlanjut di triwulan 2, karena kuatnya sektor ketenagakerjaan AS. Pelaku pasar memperkirakan ekonomi AS tumbuh 2,6% pada triwulan 2.

Masih dari AS, data jobless claim minggu lalu naik 9.000 ke level 257.000. Meskipun demikian level tersebut masih di kisaran level terendah dalam 40 tahun terakhir. Meskipun pertumbuhan ekonomi AS Q1 2016 sangat rendah, namun ekonomi tetap menambah sekitar 200.000 pekerja setiap bulannya.  Sepanjang ekonomi tetap menambah jumlah pekerja, ekonomi AS akan terus tumbuh.

Harga minyak dunia ditutup naik karena penurunan produksi minyak mentah AS dan juga pelemahan nilai tukar USD. WTI crude Nymex untuk pengiriman Juni naik USD0,7 (1,5%) ke level USD46,0 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Juni naik USD0,9 (2%) ke level USD48,1 per barrel. Secara fundamental tidak terdapat permintaan yang cukup solid terhadap minyak, sehingga diperkirakan kenaikan harga minyak tidak sustainable.

Yield UST turun setelah data pertumbuhan ekonomi AS yang tidak terlalu baik. Yield UST 10 tahun turun 2 bps ke level 1,84%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 tahun telah turun 43 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara itu yield UST 30 tahun turun 1 bps ke level 2,69%. Di Eropa, yield German bund tenor 10 tahun turun 3 bps ke level 0,25%.

Pasar SUN ditutup stabil, yield SUN tenor 10 tahun naik tipis 1 bps ke level 7,64%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 110 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup naik 3 poin (0,05%) ke level 4.848. Investor asing membukukan net sell sebesar Rp502 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp4,8 triliun. Sejak awal tahun, IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 5,5% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar Rupiah menguat Rp12 ke level Rp13.190 per Dolar AS. NDF 1 bulan melemah Rp8 ke level Rp13.236 per Dolar AS. Sementara itu persepsi risiko turun, CDS 5 tahun turun 2 bps ke level 191 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 39 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK

Related Posts

News Update

Top News