The Fed Pangkas Ratusan Karyawan, Tanda Ekonomi AS Goyah?

The Fed Pangkas Ratusan Karyawan, Tanda Ekonomi AS Goyah?

Jakarta – Bank Sentral Amerika Serikat alias The Fed mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 300 karyawannya hingga akhir tahun ini. Pemangkasan karyawan tersebut menjadi yang pertama sejak tahun 2010.

Dinukil CNN, Senin (25/9), Juru Bicara The Fed mengatakan, PHK yang dilakukan The Fed kepada 12 bank cadangan regional sebagai dampak dari kecanggihan teknologi saat ini.

Baca juga: Suku Bunga The Fed Masih Tinggi, Apa Dampaknya ke Negara Berkembang?

“Pengurangan staf merupakan kombinasi dari pengurangan karyawan, termasuk pensiun, dan PHK,” tulis laporan tersebut.

Menurut laporan tahunan serta dokumen keuangan The Fed setiap tahunnya, jumlah staf yang dipangkas termasuk bank regional, Dewan Gubernur yang berbasis di Washington DC berkurang lebih dari 500 posisi sejak 2022 hingga 2023 dari 24.428 menjadi 23.895.

“Meskipun jumlah kecil jika dibandingkan dengan jumlah anggota The Fed, ini merupakan pertama kalinya jumlah pegawai yang dianggarkan turun sejak tahun 2010,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, berita mengenai PHK ini berselang beberapa hari setelah Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan keterkejutannya atas ketahanan perekonomian AS dalam menghadapi inflasi dan lonjakan suku bunga.

“Aktivitas ekonomi lebih kuat dari yang kami perkirakan, lebih kuat dari perkiraan semua orang,” kata Powell, dikutip Rabu lalu.

Merefleksikan optimisme tersebut, Powel meningkatkan perkiraan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan proyeksi pengangguran.

Baca juga: Badai PHK Belum Usai! Kini Giliran T-Mobile Pangkas 5.000 Karyawan

Selain itu, pemangkasan karyawan juga terjadi setelah The Fed mengalami kerugian hingga USD 100 miliar atau Rp1.536 triliun (kurs Rp 15.367 per dolar AS).

Boncosnya The Fed sendiri disebabkan oleh tingginya suku bunga. Bahkan, angka tersebut diproyeksikan dapat meningkat jika The Fed terus mengerek suku bunga. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News